Terbaru

13 Marinir Tewas, Filipina Minta Bantuan Pasukan AS

Sebuah bom meledak setelah dijatuhkan di tempat persembunyian militan di Marawi, Mindanao, Filipina Selatan/AFP

NUSANTARANEWS.CO, Marawi – Pasukan khusus Amerika Serikat memberikan dukungan kepada militer Filipina yang berjuang mengusir gerilyawan di kota selatan, Marawi. Demikian pernyataan kedutaan AS pada Sabtu (10/6/2017) menyusul terbunuhnya 13 anggota marinir Filipina dalam sebuah pertempuran terbaru dan sengit.

Sejak 23 Mei lalu, kelompok militan mengamuk di Marawi. Ujungnya pemerintah Filipina melakukan darurat militer untuk menumpas para militan tersebut. Kelompok militan yang diklaim ISIS sebagai bagian dari anggotanya ini diketahui bergerilya. Mereka memiliki terowongan bom, senjata anti tank, dan menggunakan warga sipil sebagai perisai untuk memperkuat posisi mereka.

Seperti dilaporkan AFP, Jumat (9/6) kemarin terjadi pertempuran jalanan sengit dengan gerilyawan dan mengakibatkan 13 tentara Filipina tewas. Ini tercatat sebagai salah satu pertempuran terberat tentara Filipina, khsusunya di Marawi. Sehingga memaksa pihak militer mengerahkan angkatan udara guna mendukung angkatan darat.

“Atas permintaan pemerintah Filipina, pasukan operasi khusus AS membantu militer Filipina dengan operasi yangs edang berlangsung di Marawi,” ujar kedutaan AS dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga:  Sediakan Angkutan Gratis Pelajar di Bojonegoro, Inilah Cara Sejahterakan Rakyat

Bantuan pasukan dari AS ini telah dikonfirmasi juru bicara militer Filipina Letnan Kolonel Jo-ar Herrera. Dengan tewasnya 13 tentara pada Jumat kemarin, berarti sudah ada 50 tentara tewas dalam pertempuran melawan militan bersenjata di Marawi.

Sedikitnya 20 warga sipil juga tewas, dan 138 militan terbunuh. “Ada baku tembak yang intens, baku tembak rumah ke rumah. Kami sedih dengan kenyataan ini, kami harus menerima kenyataan korban jiwa dari pihak pemerintah (tentara),” kata Herrera.

Herrera mengatakan para gerilyawan memasang alat peledak improvisasi, menembakkan granat berpeluncur roket dan proyektil B-40 kepada pasukan yang akhirnya menewaskan 13 tentara.

Insiden ini terjadi saat pasukan militer berusaha memasuki desa Bangolo. Kawasan ini diketahui memang dikuasai kelompok Maute dan Abu Sayyaf. Para gerilyawan dikatakan dalam posisi bertahan sejak dua minggu belakangan karena tahu adanya serangan udara dan darat militer Filipina.

Herrera sendiri mengatakan taktik militan yang menggunakan warga sipil sebagai perisai membuat tentara sulit untuk melakukan serangan tanpa menimbulkan korban jiwa dari pihak sipil.

Baca Juga:  Tentang Kerancuan Produk Hukum Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden

“Kelompok teroris lokal menggunakan masjid, mereka bercokol di sana, mereka juga menggunakan warga sipil sebagai perisai. Kami sangat sudah sangat berhati-hati dalam operasi ini untuk menghindari kerusakan (tempat ibadah),” kata dia.

Pengumuman bantuan AS untuk operasi Marawi terjadi setelah Duterte berusaha mengurangi ketergantungan Filipina kepada Amerika Serikat. Duterte ingin membangun hubungan yang lebih dekat dengan China dan Rusia. Namun Duterte harus mengurungkan niatnya tersebut karena faktanya Filipina meminta bantuan militer AS dalam operasi di Marawi.

Baca: Duterte Tolak Diberi Senjata Bekas Amerika

“Terus bekerja sama dengan Filipina untuk menghadapi ancaman bersama terhadap perdamaian dan keamanan negara-negara kita, termasuk isu-isu kontraterorisme,” kata Kedubes AS dalam pernyataannya hari Sabtu (10/6/2017). (ed)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts