BURUNG PHOENIX
sebab mencintaimu, Alfreda # aku dikutuk para dewa
menjadi Phoenix yang tercipta # dari matahari saat senja
melayang dari India ke Mesir # hinggap di tepi Nil mengalir
di Libanon buluku jatuh # kota Beirut menjadi gaduh
tubuh memancar cahaya emas # mataku mata api beringas
setetes liur sembuhkan luka # semerdu kicau tenangkan jiwa
aku kerap terbakar rindu # berulang bangkit dari abu
menyusun diri yang baru # mencarimu di luar waktu
di atas kayu manis # sarangku terbuat dari gerimis
sekawanan peri berkunjung # memberkatiku mantra agung
: akulah anak keabadian # mengawasimu dari ketinggian
kepak sayapku jadi beliung # bumi dan langit berlindung
walau cintaku terlarang # dunia cara pandang
maukah kau bersamaku terbang # menghuni mitos dan lambang?
2014-2017
KAMAR PENYAIR
bersepi-sepi aku sendiri # dalam kamar tepi
berlembar sajak tak usai # ciummu tak pernah sampai
lantai berserak buku # bantal basah rindu
aku patah harap # dalam ritual ratap
hendak membakar jarak # yang menjadi arak
bagi cawan ingatan # aku mabuk ketiadaan
aku elus dada # aku tulis kata
melipur diri dengan kenangan # nama tempat dan jalan
bertegar aku bersandar # pada mimpi terbakar
hangus menunggu takdir # malam berakhir getir
2014-2017
Baca: Lembah Sembah
Sofyan RH. Zaid, lahir di Jenangger, Batang-batang, Sumenep 08 Januari 1986. Mulai rajin membaca sejak kelas 5 SDN Jenangger. Belajar menulis sejak kelas 1 MTs. Miftahul Ulum Batang-batang. Berproses kreatif secara intensif ketika menjadi santri di Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Guluk-guluk. Kecintaannya pada sastra terus berlanjut sampai dia kuliah di Universitas Paramadina Jakarta, jurusan Falsafah Agama. Beberapa kali memenangkan sayembara kepenulisan puisi, baik tingkat lokal maupun nasional, salah satunya Sayembara Puisi “Pesan Damai untuk Seluruh Manusia” 2017 PCI-NU Maroko dengan puisi “Surat Kepada Alfreda, XVII”.
Karya-karyanya berupa puisi dan esai terbit di sejumlah media, seperti Media Indonesia, Jawa Pos, Bali Post, Indopos, Padang Ekspres, Pikiran Rakyat, Riau Pos, Seputar Indonesia, Solopos, Merapi, Suara NTB, Banjarmasin Post, Metro Jambi, Minggu Pagi, Radar Bekasi, Radar Madura, Horison, Annida, Sahabat Pena, Kuntum, BasaBasi, dan sebagainya.
Sejumlah karyanya juga tergabung dalam buku bersama, semisal Biarkan Aku Memningmu dengan Puisi (EKBT, 2007), Empat Amanat Hujan (DKJ, 2010), Surat-surat Cinta Untuk KPK (Diva, 2012), Narasi Tembuni (KSI, 2012), Suara 5 Negara (Tuas Media, 2012), Tifa Nusantara I,II & III (TKSN, 2013, 2015, 2016), Negeri Langit (DNP V, 2014), Negeri Laut (DNP VI, 2015), Negeri Awan (DNP VII, 2017), Bersepeda ke Bulan (Indopos, 2014), Nun (Indopos, 2015) Lentera Sastra II (Antologi Puisi 5 Negara, 2014), Pengantin Langit (KSI, 2014), Titik Temu (KJ, 2014), Solo dalam Puisi (Pawon, 2014), Saksi Bekasi (TareSI, 2015), 1.000 (New)haiku (KKK, 2015), Sajak Puncak (TareSI, 2014), Kepak Sajak (TareSI, 2016), Gelombang Puisi Maritim (DKB, 2016), Pasie Karam (DKAB, 2016), dan lainnya.
Kini aktif menjadi editor dan konsultan. Tercatat sebagai anggota Pokja Keuangan dan Perbankan Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN RI). Selain menjadi redaktur di Jurnal Sastra LOKOMOTEKS, juga berproses kreatif di Hari Puisi Indonesia, dan Serumpun Foundation. Buku puisi tunggal pertamanya Pagar Kenabian (TareSI, 2015) mendapat banyak ‘perhatian’ sebagai ‘puisi pagar’ dan masuk 15 nominasi Anugerah Hari Puisi Indonesia (2015). Sebagai trilogi puisi pagar, sedang dipersiapkan antologi puisi tunggal selanjutnya, yaitu: Pagar Cahaya (2020), dan Pagar Tunggal (2025). Lelaki yang menyukai mie ayam ini, tinggal di Bekasi. email: [email protected] & hp: +62878 7751 3761
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].