Budaya / SeniPuisi

Lembah Sembah – Puisi Sofyan RH. Zaid

LEMBAH SEMBAH

sudah bertahun silam # dalam kenangan tenggelam
menyebut namamu hari ini # aku masih Puisiberdebar sunyi

kau lebur larut bersenyawa # membelah dadaku jadi dua
darah yang mengalirkanmu # kembali hangat bertemu
peristiwa bahkan bencana # menyeret hatiku senantiasa
: segala suara menyebut nama # semua benda memantul rupa

langit dan bumi berjumpa # lalu dipisah ujung dermaga
sungai dan segara bersatu # jadi muara di mataku
mimpi berlayar sendiri # menuju pulau nyeri

berulang aku hancurkan ingatan # tetap saja bangkit berjalan
mencarimu ke lembah # hingga batas sembah
: kau tahu aku penyair # selalu hidup dalam getir
tunduk pada kenyataan # takluk pada perasaan

aku gila dalam rahasia # beri sejenak aku lupa

2014

SEHELAI RAMBUT ALFREDA

masih aku simpan # pada lembaran divan
sehelai rambutmu yang gugur # dalam dekapku yang hancur
saat temu terakhir kita # di bawah bulan gerhana
berdebur ombak laut Baltik # tangan gemetar saling menarik
kita bertukar debar # bagai sepasang camar

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

bila kambuh padamu rindu # aku cium rambut itu
harum Cologne menyeruak # bayangmu bangkit dari sajak
kita berdansa tanpa kata # diiringi denting gaib biola
tanggal seluruh pakai #  air mata berderai-derai

alangkah luka ini dada, Alfreda # kita berpisah di batas usia
ada yang menjemputmu seketika # saat kita terlanjur suka
dalam tawanan abadi kenangan # aku terus disiksa ingatan
dan rambutmu yang pirang # kerap melecutku berulang

2014-2017

 

Sofyan RH. Zaid
Sofyan RH. Zaid

Sofyan RH. Zaid, lahir di Jenangger, Batang-batang, Sumenep 08 Januari 1986. Mulai rajin membaca sejak kelas 5 SDN Jenangger. Belajar menulis sejak kelas 1 MTs. Miftahul Ulum Batang-batang. Berproses kreatif secara intensif ketika menjadi santri di Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Guluk-guluk. Kecintaannya pada sastra terus berlanjut sampai dia kuliah di Universitas Paramadina Jakarta, jurusan Falsafah Agama. Beberapa kali memenangkan sayembara kepenulisan puisi, baik tingkat lokal maupun nasional, salah satunya Sayembara Puisi “Pesan Damai untuk Seluruh Manusia” 2017 PCI-NU Maroko dengan puisi “Surat Kepada Alfreda, XVII”.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Karya-karyanya berupa puisi dan esai terbit di sejumlah media, seperti  Media Indonesia, Jawa Pos, Bali Post, Indopos, Padang Ekspres, Pikiran Rakyat, Riau Pos, Seputar Indonesia, Solopos, Merapi, Suara NTB, Banjarmasin Post, Metro Jambi, Minggu Pagi, Radar Bekasi, Radar Madura, Horison, Annida, Sahabat Pena, Kuntum, BasaBasi, dan sebagainya.

Sejumlah karyanya juga tergabung dalam buku bersama, semisal Biarkan Aku Memningmu dengan Puisi (EKBT, 2007), Empat Amanat Hujan (DKJ, 2010), Surat-surat Cinta Untuk KPK (Diva, 2012), Narasi Tembuni (KSI, 2012), Suara 5 Negara (Tuas Media, 2012), Tifa Nusantara I,II & III (TKSN, 2013, 2015, 2016), Negeri Langit (DNP V, 2014), Negeri Laut (DNP VI, 2015), Negeri Awan (DNP VII, 2017), Bersepeda ke Bulan (Indopos, 2014), Nun (Indopos, 2015) Lentera Sastra II (Antologi Puisi 5 Negara, 2014), Pengantin Langit (KSI, 2014), Titik Temu (KJ, 2014), Solo dalam Puisi (Pawon, 2014), Saksi Bekasi (TareSI, 2015), 1.000 (New)haiku (KKK, 2015), Sajak Puncak (TareSI, 2014), Kepak Sajak (TareSI, 2016), Gelombang Puisi Maritim (DKB, 2016), Pasie Karam (DKAB, 2016), dan lainnya.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Kini aktif menjadi editor dan konsultan. Tercatat sebagai anggota Pokja Keuangan dan Perbankan Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN RI). Selain menjadi redaktur di Jurnal Sastra LOKOMOTEKS, juga berproses kreatif di Hari Puisi Indonesia, dan Serumpun Foundation. Buku puisi tunggal pertamanya Pagar Kenabian (TareSI, 2015) mendapat banyak ‘perhatian’ sebagai ‘puisi pagar’ dan masuk 15 nominasi Anugerah Hari Puisi Indonesia (2015). Sebagai trilogi puisi pagar, sedang dipersiapkan antologi puisi tunggal selanjutnya, yaitu: Pagar Cahaya (2020), dan Pagar Tunggal (2025). Lelaki yang menyukai mie ayam ini, tinggal di Bekasi.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 113