Berita UtamaBudaya / SeniKreativitas

Menunggu Kelahiran Kavaleri Malam Hari demi Pembebasan Sosial dan Spiritual

Cover Antologi Puisi Kavaleri Malam Hari. Foto: Dok. AWC-UI
Cover Antologi Puisi Kavaleri Malam Hari. Foto: Dok. AWC-UI

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Jagad sastra Indonesia modern boleh berbahagia, sebentar lagi akan terbit sebuah antologi puisi yang ditujukan untuk pembebasan sosial dan spiritual. Antologi puisi yang terdiri dari sejumlah puisi karya 17 penyair muda Indonesia ini diberi judul “Kavaleri Malam Hari”.

Antologi Puisi yang ditunggu kehadirannya ini dieditori oleh Ketua Abdurrahman Wahid Centre for Inter-Faith Dialogue and Peace Universitas Indonesia (AWC-UI) Ahmad Syafiq dan penyair sekaligus peneliti AWC-UI yakni Faisal Kamandobat.

Antologi puisi spiritual dan sosial yang ditunggu ini akan diluncurkan langsung oleh AWC-UI selaku lembaga riset tentang konflik dan perdamaian di bawah payung Universitas Indonesia.

Faisal Kamandobat menyampaikan bahwa, tujuan penerbitan antologi puisi bertema spiritual dan sosial adalah sebagai respons terhadap situasi sosio-kultural mutakhir di Indonesia. Situasi tersebut, lanjutnya, antara lain berupa terjadinya gejala politisasi dan ideologisasi entitas-entitas spiritual yang selama ini menjadi sumber moralitas bagi kehidupan bersama.

“Dengan adanya politisasi, entitas spiritual telah digunakan oleh sekelompok orang untuk tujuan di luar pesan inti spiritualitas, sedang dengan ideologisasi entitas spiritual menjadi berwajah absolut sehingga sulit melebur dengan berbagai konteks, wilayah, dan kelompok sosial,” terang Faisal lewat keterangan tertulisnya kepada Nusantaranews.co, Senin (29/5/2017).

Baca Juga:  Ukraina Mengakui Ketergantungannya Pada Bantuan Barat

Selama ini, kata dia, sebagaimana berabad-abad telah terjadi di negeri ini, dimensi spiritual dan sosial hidup dalam sastra tradisi Nusantara mulai dari pantun Melayu, kakawin dan suluk di Jawa, kawoking di Sumba, mahaholo di Rote, kabanti di Buton, dan banyak lagi lainnya.

“Puisi-puisi tradisi tersebut selalu disenandungkan, disimak, dan dihayati sebagai norma sosial yang membentuk orientasi hidup bersama di bawah rahmat Tuhan,” ujar peminat masalah sosial, budaya, dan seni rupa itu.

Lebih lanjut, Faisal menjelaskan, dalam hasil riset AWC-UI tahun 2016, sastra tradisi yang telah menjadi ritual tersebut menjadi medium bagi masyarakat di tengah perubahan sosial, politik, dan ekonomi. Sastra tradisi terus ditafsir, dihayati dan dirujuk ulang untuk merasionalisasi sekaligus mendefinisikan status kultural mereka di tengah konteks yang baru.

“Tak pelak lagi, sastra tradisional merupakan hal penting dalam menjaga keberadaan masyarakat sebagai sumber elan vital mereka dalam memandang dunia dan membentuk visi hidup secara kreatif,” tegasnya.

Baca Juga:  Hari Kesehatan Mental Sedunia, Khofifah Ajak Masyarakat Peduli Terhadap Sesama

Berdasarkan penjelasan di atas, lanjutnya, puisi spiritual dan sosial diharapkan mampu membantu masyarakat untuk meningkatkan komprehensi pemahaman terhadap nilai-nilai spiritual agar tidak jatuh ke dalam delusi politisasi dan ideologisasi agama yang mengancam wajah kosmopolitan dan kreativitas kultural mereka.

“Kenyataan bahwa hampir semua teks suci disampaikan dalam gaya puisi menunjukkan puisi merupakan medium terbaik untuk membuka cakrawala dan misi tersebut,” ungkap dia.

Faisal menuturkan bahwa dalam antologi puisi Kaveleri Malam Hari ini terdapat karya 17 penyair muda Indonesia, di antaranya penyair-penyair yang berasal dari Kupang, Denpasar, Surakarta, Yogyakarta, Semarang, Makassar, Bandung dan Jakarta. Masing-masing penyair menyertakan karya yang berangkat dari pemahaman, penghayatan, dan kreativitas terhadap latar spiritual dan sosial masing-masing. Hasilnya, sebagian besar dari mereka sampai pada pemahaman universal dari pengalaman ruhani mereka, sehingga bisa menjadi jembatan antar iman, budaya, dan ragam ekspresi bangsa ini.

Selain berisi puisi, imbuhnya, antologi ini juga akan menyertakan karya para perupa ternama Indonesia seperti Djoko Pekik, Heri Dono, Nasirun, Hanafi, Bob Sick Yudhita Agung, dan Tisna Sanjaya. Karya para perupa tersebut memiliki tema dan nada yang sama dengan puisi-puisinya, sehingga antara lukisan dan puisi bisa saling menjelaskan dan memperluas pemahaman bagi para pembaca. Di samping itu, di tengah masyarakat yang semakin visual, antologi ini diharapkan akan memberi daya tarik bagi para pecinta seni rupa.

Baca Juga:  Jelang Pilkada 2024, Bawaslu Nunukan Gelar Sosialisasi Netralitas ASN, TNI, dan Polri

“Antologi Kavaleri Malam Hari akan terbit pada pertengahan bulan Juni, diterbitkan oleh Abdurrahman Wahid Center Universitas Indonesia bekerjasama dengan Penerbit Quark dari Yogyakarta. Nantinya akan dilakukan diskusi mengenai puisi dan topik terkait di beberapa kota dengan melibatkan para ahli dan komunitas. Tujuannya agar wacana pembebasan sosial dan spiritual dapat menjadi pengingat sekaligus pembuka pintu bagi kondisi kemanusiaan yang lebih baik,” tutup Faisal Kamandobat.

Pewarta/Editor: Achmad Sulaiman

Related Posts

1 of 113