Di Bawah Cahaya Bulan Ombak Bersyair
Suara apa yang sedang mengganggu tidurku ini
Dua langkahku menerawang keluar
Rupanya ombak yang bersyair. Tanpa penonton
Hanya ikan-ikan yang ikut bersyair
Terlihat pula segumpal cahaya pada gelombang
Oh bulan, sang dewi malam.
Sejak kapan kau disana?
Aku menunggumu pangeran
Maka kusingkirkan awan tebal yang membalutku
Agar kau bersyair denganku. Bersama deburan ombak.
Hah… ia berbicara padaku
Sungguh nikmat angin malam ini.
Betapa indah syairmu, wahai ombak.
Kurela dipenjara oleh sang dewi
Ambon – Bau-Bau, 15 September 2016
Kerutan Yang Bercerita
Keriput itu telah lama memanggil
Dan aku tak pernah mendengarnya
Tak pernah mau mendengar
Tiga hari yang lalu
Kerutan itu bercerita tentang kisahnya
Kisah saat ia belum diundang Tuhan
Disamping pemuda pengisah kenangan
Telah habis air mata dan keringat
Ia korbankan untuk daging-daging tak berdosa
Keberanian dan kegagahan yang dulu membara
Hilang seperti kertas yang dibakar
Ketakutan dan kebijakannya menjadi satu entah bagaimana caranya
Semua yang dulu dimilikinya lenyap
Tak ada sisa. Kecuali cinta yang membuatnya bahagia.
Aku terdiam. Kerutan itu telah lelah
Maaf karena kesediaanku baru saja datang
Ia sangat terlambat untuk memahami
Tak ada cerita yang lebih indah dari kisahmu.
Kisah dari sang pemilik kerut
Bau-Bau, Selasa, 27 Spetember 2016
Joe Annas Hasan, lahir di Ambon pada 22 Februari. Karya-karyanya baru tersebar di penerbit indie dalam antologi bersama (puisi). Diantaranya Monolog Seekor Monyet, Aurora, Danau Yang Terkubur, Turunnya Nawangwulan, Hitam Putih Manusia, Negeri Tak Bersalju, Sekaleng Bir dan Segelas Gas Air mata, dan Meditasi Tulang Rusuk. Aktif di bidang olahraga (Taekwondo).
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].