Artikel

Tiga Race Terakhir Menuju Pilpres 2019

NUSANTARANEWS.CO – Indonesia telah menyelesaikan rangkain proses Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2017 dengan aman, damai dan demokratis. Tentu ini menjadi kebanggaan tersendiri semua warga negara Indonesia. Bahwa demokrasi berjalan dengan baik. Namun ini belum mencapai akhir dari pesta demokrasi yang sebenarnya, negara masih punya satu agenda lagi yaitu Pilkada 2018 sebelum menuju pesta demokrasi akbar Pilpres 2019.

Jika dicermati Pilkada 2017, rakyat seperti disuguhkan pemandangan duel sengit antara dua kubu politik yang sedang berseteru. Ada kubu koalisi pro pemerintahan dan kubu oposisi. Hal ini sangat terasa terutama dalam pilkada di wilayah yang menjadi sorotan publik seperti pilgub provinsi Banten dan DKI Jakarta. Diibaratkan proses pilkada serentak ini mungkin seperti balapan Moto-GP yang melibatkan dua kekuatan besar Yamaha dan Honda.

Jika mengacu pada jumlah pemilih, wajar jika pilkada di pulau Jawa menjadi sorotan publik karena mengacu pada hasil sensus penduduk terakhir. Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk sekitar  136.610.590 jiwa atau 57,5% dari total penduduk Indonesia. Bisa dikatakan bahwa pulau Jawa adalah tolak ukur dari suara pemilih nasional. Tentunya tanpa mengesampingkan pemilih di pulau lainnya. Di pulau Jawa sendiri pada pilkada 2017 sudah menyelesaikan dua pemilihan gubernur yaitu untuk provinsi Banten dan DKI Jakarta, dimana dua pemilihan gubernur tersebut berhasil dimenangkan kubu oposisi.

Sementara untuk tiga provinsi lainnya di pulau Jawa seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur baru akan menggelar hajat besarnya di tahun 2018. Ibarat kompetisi Moto-GP, ketiga daerah tersebut adalah race penentuan sebelum menuju finalnya di pemilu 2019. Peluang bagi kubu koalisi pemerintahan untuk mengejar ketertinggalan masih sangat terbuka lebar. Tentunya perlu ada perubahan strategi baik dari kubu koalisi maupun oposisi jika menginginkan kemenangan Pilgub di tiga daerah tersebut.

Baca Juga:  Mengulik Peran Kreator Konten Budaya Pop Pada Pilkada Serentak 2024

Perhatian juga harus ditujukan pada pilkada di luar pulau Jawa. Karena daerah-daerah tersebut juga menyimpan potensi suara yang dibutuhkan untuk mendulang massa di Pilpres 2019 mendatang. Terlebih melihat arah politik saat ini sepertinya pada Pemilu 2019 akan terjadi perebutan suara yang sangat ketat, khususnya fase pemilihan presiden.

Daya Pikat Pilgub Jateng dan Jatim

Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim) merupakan dua provinsi yang memiliki jumlah suara cukup besar saat pilkada 2018 nanti. Berdasarkan data terakhir sensus penduduk, jika digabungkan maka kedua provinsi ini memiliki suara sekitar 69.859.414 jiwa. Tentunya dengan jumlah pemilih sebanyak itu, akan mampu menyajikan pertarungan sengit dalam pemilihan gubernur.

Saat ini di Jawa Tengah gubernur petahana Ganjar Pranowo yang diusung PDIP digadang akan bertarung di kontestasi Jateng 1. Sementara untuk wilayah Jatim, wakil gubernur petahana Saifullah Yusuf juga mengaku siap untuk menggantikan ‘tahta’ Soekarwo di Jatim 1.

Dari fakta ini, terlihat akan terjadi kontra strategi di kedua provinsi tersebut. Dimana satu sisi ada yang mempertahankan posisi dan di sisi lain ada yang memperebutkan slot gubernur yang kosong. Peta politik ini akan jadi menarik karena daerah Jateng dan Jatim dikenal memiliki corak pemilih muslim nasionalis yang tinggi.

Baca Juga:  Luthfi Yazid dan DePA-RI

Sebagaimana diketahui, Jateng merupakan basis suara PDIP. Sedangkan Jatim adalah basis suara PKB. Jika dilihat dari peta politik tersebut sepertinya memang kedua provinsi ini akan berpeluang dimenangkan oleh kubu pro pemerintah. Alasannya karena PDIP dan PKB adalah partai koalisi pemerintahan. Namun terlalu dini menyimpulkannya, mengingat kedua partai ini dalam Pilkada Banten dan DKI tumbang oleh kubu oposisi.

Membaca Peta Pertarungan Pilgub Jabar

Satu race lagi untuk pilkada di pulau Jawa adalah provinsi Jawa Barat (Jabar). Provinsi ini memiliki populasi sekitar 43.053.732 jiwa. Jabar termasuk provinsi dengan penduduk terbanyak di Indonesia. Saat ini, Jabar dipimpin Ahmad Heryawan didampingi wakilnya Bapak Deddy Mizwar.

Pemilihan gubernur Jawa Barat dalam beberapa periode terakhir cukup menarik perhatian publik karena ada beberapa artis yang ikut dalam bursa pemilihan. Pada pemilihan terakhir 2013 ada dua calon gubernur dari kalangan selebritis yaitu Rieke Diah Pitaloka dan Dede Yusuf, ditambah Deddy Mizwar. Aroma serupa nampaknya akan berlanjut di pilgub 2018 mendatang. Tingginya elektabilitas beberapa selebritis seperti Deddy Mizwar, Dede Yusuf dan Desy Ratnasari diklaim bisa mewarnai panggung Jabar 1.

pada pemilu 2014 lalu, partai penguasa PDIP berhasil meraih suara terbanyak di provinsi ini dengan hasil 20 kursi DPRD. Itu artinya PDIP bisa mencalonkan gubernur sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain.

Baca Juga:  Mengulik Peran Kreator Konten Budaya Pop Pada Pilkada Serentak 2024

Sedangkan untuk calon gubernur sendiri sudah ada beberapa nama yang santer disebut seperti Ridwan Kamil, Deddy Mizwar, Dedi Mulyadi, Dede Yusuf dan TB Hasanudin. Sementara untuk peta koalisi di Jabar masih belum ada pola yang terbaca karena begitu banyaknya calon-calon potensial yang bertebaran. Tentu sudah bisa dibayangkan betapa serunya jika nantinya nama-nama tersebut bersaing dalam pilgub Jabar 2018 dan pastinya pilgub Jabar akan sangat menarik perhatian publik.

Pilkada di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur memang tampak akan berjalan sangat seru dan ketat karena merupakan race terakhir sebelum pemilu 2019, namun tetap harus diingat bahwa ketatnya persaingan jangan sampai menjurus ke arah yang keluar dari gerbong demokrasi. Ketiga provinsi ini bisa belajar dari Pilkada Jakarta dan Banten yang meskipun dilanda pertarungan sengit saat pilkada namun pada akhirnya selesai dengan aman dan damai.

Pilkada 2018 merupakan jembatan utama menuju pemilu 2019. Diharapkan pilkada 2018 mampu memberikan pendewasaan demokrasi yang lebih mendalam setelah pilkada 2017 yang terbilang sukses. Masih banyak waktu untuk mengatur strategi serta mempelajari bagaimana pilkada yang sangat panas seperti di Banten dan terutama Jakarta bisa berakhir dengan sangat demokratis.

*Mardiansyah, Pengamat Politik dan CO Founder Lingkaran Peneliti Politik Muda Indonesia (LIPPMI)
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 79