Oleh: Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin*
NUSANTARANEWS.CO – Hubungan Indonesia-Tiongkok sebenarnya sudah berlangsung sangat lama. Presiden Pertama RI Soekarno memulai hubungan diplomatik dengan negeri Tirai Bambu itu sudah sejak 13 April 1950. Hubungan itu berkembang kala konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955.
Kulminasi authentikasi keduanya ditandai dengan Perjanjian Persahabatan Kebudayaan tanggal 1 April 1961 silam. Sekalipun pernah mengalami pasang surut, tetapi semangat persahabatan kedua ini tetap terjalin. Bahkan para Presiden RI pada periode selanjutnya tampil menjadi pandu dalam memperluas rasa persaudaraan dan persahabatan kedua Bangsa dan Negara.
Indonesia dan Tiongkok merupakan dua negara besar dengan memiliki posisi strategis. Karenanya, Indonesia dan Tiongkok terus mengintensifkan komunikasi dan persahabatan guna terbangunnya kerjasama pertahanan dan militer. Atas dasar saling percaya, saling menghormati dan saling menguntungkan dalam kesetaraan.
Layaknya sebagai profesional yang memahami pentingnya menguatkan jalinan kerjasama sektor pertahanan, kedua negara ini saling memerlukan dan saling mendukung. Sehingga tidak sulit menterjemahkan niat kedua negara untuk menjalin hubungan baik di bidang pertahanan dengan berdasarkan Perjanjian Kerjasama. Misalnya pada 2007 silam Indonesia-Tiongkok gelar forum konsultasi bilateral guna melakukan pertukaran pemikiran strategis dan kerjasama Non Military Operation Area.
Perkembangan Kerjasama Pertahanan dan Militer terus meningkat sejalan dengan implementasi Comprehensive Strategic Partnership antar kedua negara pada tahun 2014. Interaksi hubungan dengan melakukan forum dialog strategis mempunyai nilai dan manfaat ganda. Tidak hanya untuk area pertahanan tetapi juga berguna sebagai penopang hubungan bilateral kedua negara dan hubungan multilateral di kawasan.
Isu Laut Tiongkok Selatan
Posisi Indonesia bukanlah Claimant State atas sengketa Laut Tiongkok Selatan, tetapi Indonesia seperti diamanatkan dalam pembukaan UUD ’45, ikut menciptakan perdamaian dunia. Maka ada kepentingan Indonesia dari sisi Non Operational Area untuk turut serta menciptakan Laut Tiongkok Selatan menjadi kawasan yang damai dan stabil.
Sebagai bangsa yang mengedepankan perdamaian sangat mengharapkan sengketa Laut Tiongkok Selatan diselesaikan dengan cara damai melalui perundingan seperti yang diperankan ASEAN dalam mengimplementasikan Declaration of Conduct (DoC) dan mewujudkan Code of Conduct (CoC).
Indonesia dan Tiongkok yang memiliki interaksi budaya. Hal ini sebenarnya akan sangat mudah untuk mengoptimalkan kerjasama pertahanan militer. Dengan tetap menghargai kedaulatan dan kepentingan nasional masing-masing seraya terus memperdalam Political Trust dan menciptakan Sincerly Communication. Langkah tersebut dipilih untuk menghindari kesalahpahaman antara kedua pihak.
Hubungan bilateral bidang Pertahanan Indonesia-Tiongkok tidak hanya berbasis profesional dan persahabatan, tapi juga ditopang oleh latar persamaan kultur kedua bangsa. Sehingga tidak heran jika hubungan bilateral tidak hanya berdasarkan profesi dan persahabatan, tapi juga berdasar persaudaraan yang memperhatikan Mutual Respect antara kedua negara.
Sementara itu, posisi Indonesia-Tiongkok berada pada satu kawasan harus saling belajar dan berusaha mengatasi kesulitan berdasarkan prinsip Mutual Benefit. Peran Diplomasi Pertahanan dan Militer menjadi penting dan tidak hanya untuk membangun Confidence Building Measure (CBM), tapi lebih dari itu untuk memperbesar momentum politik negara di bidang luar negeri.
Line of Departure
Melalui Forum Konsultasi Bilateral bidang pertahanan Indonesia – Tiongkok yang dimulai sejak tahun 2007, telah menghasilkan manfaat bagi kedua negara Indonesia – Tiongkok di berbagai bidang seperti pelatihan dan pendidikan, Industri Pertahanan dan Latihan Bersama dan Job Training serta Navy to Navy Cooperation Talks.
Person to Person Contact di lingkungan pertahanan dan militer mempunyai nilai yang tinggi untuk memperluas dimensi kerjasama kedua institusi pertahanan Indonesia dan Tiongkok. Sekilas kita menengok ke belakang, dimana para pemimpin dari periode ke periode di negeri ini meletakkan fondasi dan membangun hubungan kerjasama di bidang Pertahanan dan Militer Indonesia-Tiongkok, mereka pasti bangga menyaksikan generasi penerus bangsa di negeri ini melanjutkan dan memantapkan hubungan kerjasama Indonesia –Tiongkok di bidang Pertahanan dan Militer.
*Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, Student NATO School 2015 – 2017 Center for National Strategic Studies
Editor: Romandhon