NUSANTARANEWS.CO, Johannesburg – Pejuang anti-apartheid Afrika Selatan, Ahmed Mohamed Kathrada meninggal dalam usia 87 tahun. Katrhrada wafat di rumah sakit di Johannesburg setelah periode singkat penyakitnya, menyusul operasi otak.
Kathrada adalah salah satu dari delapan aktivis Kongres Nasional Afrika (ANC). Tahun 1964, Kathrada dan Mandela bersama delapan aktivis lainnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh rezim apartheid kulit putih. Vonis ini terjadi dalam sidang Rivonia. Kathrada, Mandela dan aktivis ANC menuntut pengunduran diri Jacub Zuma.
Kathrada menghabiskan 26 tahun tiga bulan penjara, 18 tahun di antaranya berada di Pulau Robben. Setelah berakhirnya apartheid, pria yang dikenal dengan panggilan Kathy ini menjabat pada tahun 1994-1999 sebagai penasihat parlemen untuk Presiden Mandela di Kongres Nasional Afrika (ANC) pertama pemerintah. Jabatan yang ditempatinya ini tak lepas dari bujukan Mandela agar dirinya bergabung dengan pemerintah usai dibebaskan pada tahun 1989.
“Ini adalah kehilangan besar untuk ANC, gerakan pembebasan yang lebih luas dan Afrika Selatan secara keseluruhan. Kathy merupakan inspirasi bagi jutaan orang di berbagai belahan dunia,” kata Neeshan Balton, kepala Ahmed Kathrada Foundation seperti dilansir Guardian.
Kathrada sendiri tercatat sudah menjadi aktivis anti-apartheid sejak usia 17 tahun. Ia berkali-kali dipenjara bersama para aktivis lainnya seperti Mandela, Walter Sisulu dan Denis Goldberg sebelum akhirnya mereka membuat pertemuan dan gerakan secara rahasia di Pulau Robben.
Derek Hanekom, seorang aktivis sesama veteran dan sekarang seorang menteri pemerintah, mengatakan ia telah kehilangan mentor revolusioner dan sahabat. “Kamerad Kathy adalah jiwa yang lembut, manusiawi dan rendah hati. Dia adalah seorang revolusioner bertekad yang memberikan seluruh hidupnya untuk perjuangan pembebasan di negara kita,”kata Hanekom.
“Dia telah menjadi kekuatan saya di penjara, panduan saya dalam kehidupan politik dan pilar kekuatan saya di saat-saat paling sulit dalam hidup saya. Sekarang dia sudah pergi,” ujar tokoh moral gerakan anti-apartheid, Laloo Isu Chiba.
Penulis: Eriec Dieda