Perjalanan Liar III
Agaknya mati sebuah petaka
Bagi bapak pembawa uang tetangga
Di pinggir lintas berlalu mengais kertas
Kali-kali masih ada lembar kosong
Nak menulis setandan sajak
Dengan bait yang di tombak lupa
Menangis di antara senja
Angin malam meniup airmata
Tinggal kerak di pipi bapak
Menghitung piutang menggigit nadi
Agaknya ombak tak menenggang karang
Puas mengikis sampai jam tua berkata sudah
Sebuah Kota Kecil
Kota kecil yang tuli,
Memekak suara tak ada berontak
Pernah suatu hari, warga berontak hening di atas bantal terkipas
Tumpukan tumpukan gambar bapak negeri yang minta tujuh pemuda nak guncang dunia
Jadi sesajen popok mulut orang panggilan
Nak berontak satu suara, berdarah di negeri sendiri
Walet bernyanyi syahdu di antara bangunan kota
Kau dapat dengar kala pergi dari jumpa
Gemericik suara walet bawa setangkai nada yang patah
Di antara malam menjemput embun
Berbuih segumpal daging membawa orasi setebal gunung
Apa daya kota kecil ini begitu tuli
Terkoyak jati hati, ikut arus jalan sebiji
Falen Seputra, lahir di Duri 09 september 1995. Tinggal di duri-riau.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].