NUSANTARANEWS.CO – Hubungan AS-Cina terus jadi sorotan tajam di kancah perpolitikan internasional. Meski Cina dalam sejumlah pernyataannya coba melunak serta siap berunding, namun niat itu belum digubris Presiden Donald Trump dan tim transisinya.
Surat kabar Cina, Kamis (19/1/2017) melaporkan bahwa pemerintahannya siap melakukan perundingan dengan AS terkait dengan sengketa perdagangan kedua negara. Surat kabar itu juga memperingatkan Trump akan terjadi perang dagang antar kedua negara apabila sikap balas dendam lebih ditonjolkan dalam menyikapi persoalan perdagangan.
Sebagaimana diberitakan, Cina terang-terangan menuding AS telah membuat kebijakan proteksionisme bagi produk-produk dagang negara Tirai Bambu. Sebaliknya, AS juga menuding bahwa sebetulnya Cina sendirilah selama ini telah memberlakukan proteksionisme sejumlah perusahaan asing yang berdiri di Beijing.
Bahkan, seperti dikatakan penasehat Trump, Anthony Scaramucci Cina telah merugikan AS dalam bidang perdagangan. Di mana, banyak perusahaan AS yang justru dipersulit bahkan tidak diterima di Beijing akibat kebijakan-kebijakan Cina yang lebih mengutamakan perusahaan-perusahaan lokal. Padahal, kata Scaramucci, perusahaan-perusahaan AS di Cina telah memberikan efak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi negara yang dipimpin Xi Jinping.
Akibatnya, Trump mengecam praktik perdagangan Cina dan mengancam untuk menerapkan tarif tinggi untuk produk-produk Cina yang masuk ke AS. Bagi Trump, itu tak lain merupakan sebuah hukuman. Miliarder Wilbur Ross, yang dipilih Trump untuk menempati posisi sekretaris perdagangan menyuarakan kritik tajam pada praktek perdagangan Cina. Di hadapan para senator, Ross mengungkapkan akan mencari berbagai cara untuk memerangi cara berdagang negara komunis itu.
Sementara, juru bicara Kementerian Perdagangan China Sun Jiwen mengatakan pemerintah bersedia untuk bekerja dengan pemerintahan AS yang baru untuk mempromosikan perkembangan hubungan komersial yang lebih sehat.
“Saya percaya China dan Amerika Serikat dapat menyelesaikan setiap sengketa melalui dialog dan negosiasi, terutama soal hubungan komersial AS-Cina. Tidak akan ada tawaran menyimpang dari jalur yang saling menguntungkan. Kedua belah pihak bisa mendapatkan keuntungan dengan kerjasama, dan keduanya hanya akan terluka bila konflik,” kata Jiwen kepada The Sun.
Selanjutnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying mengatakan setiap perselisihan harus diselesaikan melalui perundingan konstruktif, untuk menghindari salah perhitungan. “Kami berharap dapat bekerja secara serius dengan pemerintah AS yang baru, tidak ada bentrokan, dan tidak ada konfrontasi,” katanya secara terpisah.
Namun, sikap Cina justru terpecah menyikapi hubungan AS-Cina. Seorang ekonom kritis Cina, Chen Wenling malah balik menantang Gedung Putih. Kata dia, jika memang AS tidak menginginkan perdagangan berlangsung secara sehat antar kedua negara, maka perdang dagang merupakan pilihan terakhir.
“Jika anda ingin berkelahi, maka kita akan berjuang dan kami akan berjuang sampai akhir. Tapi AS akan menjadi pihak pertama yang akan terluka dan cedera bahkan akan lebih parah. Cina bisa “pasti mengalahkan AS,” kata Chen, yang juga Kepala Bursa Ekonomi Internasional Pusat Cina itu. (Sego/Er)