NUSANTARANEWS.CO – Penasihat Menteri Negara Riset dan Teknologi dalam bidang Hankam (1983) Sayidiman Suryohadiprojo, menjelaskan bahwa dalam perkembangan umat manusia tampak dan terasa sekali bahwa hubungan antara bagian dunia satu sama lain makin dekat. Sebab itu kejadian di satu bagian dunia akan berdampak langsung terhadap bagian dunia lain.
Inilah kiranya yang disebut dengan situasi borderless (tanpa batas). Salah satu penyebab utama situasi borderless dipengaruhi oleh pasar bebas yang telah menciptakan ancaman serius dalam tatananan dunia baru antar bangsa. Dimana tak ada lagi sekat pembatas suatu negara, sehingga pengawasan terhadap imigrasi dan kelompok asing menjadi lemah.
Merespon hal tersebut, Sayidiman Suryohadiprojo mengaku bahwa kelompok besar yang menghimpun orang di dunia modern adalah negara-bangsa (nation state). Meskipun pengertian negara-bangsa mengalami perubahan sebagai akibat dari hubungan yang makin dekat itu, namun ia tetap menjadi aktor utama dalam hubungan internasional.
“Memang negara-bangsa tidak dapat lepas dari semakin besarnya pengaruh yang timbulkan perkembangan dunia. Namun adalah tetap negara-bangsa yang memegang peran utama dalam dinamika internasional,” ungkapnya baru-baru ini.
Lebih lanjut, mantan Wakil Ketua Dewan Penasihat ICMI Pusat ini menyebutkan bahwa negara-bangsa yang masing-masing mempunyai kepentingan dan kehendaknya sendiri-sendiri melakukan aneka macam perbuatan, baik politik, ekonomi, budaya, sosial, maupun militer, yang mengakibatkan keadaan internasional dinamis. Akibatnya adalah keadaan yang sukar diprediksi kerap terjadi.
“Indonesia sebagai negara-bangsa harus dapat menempatkan diri secara cerdas, arif dan bijaksana dalam kondisi internasional semacam itu. Apabila kurang mampu, maka pasti akan mengalami dan menghadapi berbagai persoalan sebagai akibat keadaan dunia itu,” terangnya.
Pasar bebas dan revolusi teknologi informasi telah menciptakan situasi borderless antar bangsa. Situasi tersebut telah menghadapkan berbagai negara di dunia pada sejumlah ancaman baru. Dimana kapitalisme yang bercokol saat ini menghasilkan liberalisme ekonomi yang mengerikan. (emka/red-01)