NUSANTARANEWS.CO – Sepanjang tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal III hanya mampu mencapai 5,02%. Secara kualitas, kondisi itu mengalami penurunan dan jauh dari target pertumbuhan 7% yang dijanjikan Jokowi-JK.
Data tersebut semakin diperkuat dengan hasil laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat hingga kuartal III 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia mentok di kisaran 5,02%. Bila dibandingan dengan kuartal sebelumnya yang berada di level 5,18%, maka jelas sangat tampak terjadi penurunan.
Sekalipun demikian, namun pertumbuhan tersebut oleh BPS diklaim aman. Pasalnya, PDB domestik nasional masih relatif stabil. Jika dibandingkan dengan beberapa negara lain yang cenderung jalan di tempat. Cina pada kuartal yang sama juga stagnan yang hanya capai 6,7%. Sementara Singapura melambat dari 2,0% menjadi 0,6%.
Dalam suatu kesempatan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pernah membeberkan bahwa dalam menanggapi pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 5,02%, maka dirinya akan menggenjot sektor reformasi fiskal dan reformasi structural. Hal ini kata Darmin sebagai upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi di tahun 2018 ke depan.
Capaian 5,02% hingga triwulan III, sesungguhnya merupakan hasil yang cukup mengecewakan, mengingat taget yang diharapkan adalah 5,2%. Kondisi ini dipengaruhi dengan adanya penurunan nilai perdagangan dan juga ekspor.
Berdasarkan data BPS, total nilai perdagangan bilateral Indonesia-Malaysia pada 2015 mencapai US$ 16,15 miliar. Neraca perdagangan kedua negara pada 2015 menunjukkan angka US$ 903,75 juta, dengan Indonesia yang mengalami defisit. Sementara ekspor Indonesia ke Malaysia, pada periode Januari-Maret 2016 sebesar US$ 1,64 miliar atau turun 24,04 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada pada posisi US$ 2,16 miliar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah mengingatkan bahwa Indonesia harus realistis dengan kondisi yang ada saat ini. Pasalnya di tahun 2016 pertumbuhan ekonomi nasional akan jatuh kisaran 5,0% sampai 5,1%. Ini dikarenakan adanya kenaikan suku bunga di The FED dan suku bunga SPN yang mencapai 5,6%.
Sementara, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Thohir yang menyebut untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun 2016 sampai kisaran 5,2% seperti yang dikatakan oleh Darmin Nasution, ia sebut mengada-ada. Ini dikarenakan, situasi kondisi fiskal yang masih ketat.
Yang realistis dicapai adalah 5,0%. Bahkan sekalipun digenjot dengan adanya dana Tax Amnesty itu pun hanya mentok pada kisaran 5,1%. Menurut Hafizs, ekonomi nasional hanya akan tembus di atas 5%, maka Pemerintah harus memperbaiki administrasi dan birokrasi yang telah ada selama ini. Memperbaiki komunikasi politik dan stabilitas keamanan dalam negeri dan memberikan rasa aman bagi rakyat, serta mengurangi kesenjangan antara si miskin dan si kaya. (red-01)