Ba silek di ujuang karih, mamancak dimato padang, sebuah ungkapan filsafat yang dihasilkan dari pemahaman silek sebagai himpunan pengetahuan.
Oleh: Buya Zuari Abdullah
Silek mencakup sarana pendidikan tradisional, menggunakan metodologi yang biasa dikenal dengan istilah baraja melangkah, menggunakan konsep keseimbangan dan mengacu kepada hakikat kehidupan, dan bersandar kepada keesaan Tuhan sebagai dasar idiologi, menata diri dan membentuk pribadi untuk melahirkan para pandekar, yaitu orang yang pandai akal, arif bijaksana.
Gerak langkah silek bukan sebatas teknik beladiri dalam pengertian sempit atau sebatas perlindungan diri dari serangan musuh dalam sebuah perkelahian, tetapi gerak langkah silek adalah gambaran kepribadian Minangkabau yang terbentuk dengan nilai-nilai etika dengan bimbingan adat dan peradaban, dan menjangkau hakikat sejatinya beladiri, kemampuang utuh untuk memprotek diri, melindungi diri dari segala ancaman dalam kehidupan, dan itulah silek, dapat dikatakan sebagai ruh dalam tubuh yang menata sikap setiap pribadi dalam berbuat dan bertindak yang tesyirat dalam istilah mancak.
Mancak silek, atau pencak silat menggambarkan sosok tubuh yang hidup, terdiri dari dua bagian, yaitu, tubuh dan nyawa, mancak adalah tubuh yang terlihat dalam berbagai aktifitas keseharian, sampai pertunjukan diberbagai festival yang dipertontonkan dalam bentuk keindahan. sementara silek adalah nyawa, yang memberi kekuatan dan menggerakan, mengatur tindak-tanduk dalam setiap perbuatan.
Dalam kehidupan, maka dua kata ini adalah satukesatuan yang tidak bisa dipisahkan, gerak mancak merupakan pancaran kekuatan energi dari silek, semakin kuat energi silek, maka semakin sempurna gerak langkah mancak, yang lahir dalam bentuk seni sebagai perwujudan kesempurnaan pengetahuan, yang terumus dalam istilah etika atau adab penuh nilai sebagai gambaran pribadi cendikia, yaitu, orang-orang yang berpengetahuan, atau intelektual dengan kepahaman keilmuwan yang selalu mengajarkan seperti guru besar dalam dunia pendidkan, dan menjadi tauladan dan panutan dalam berbagai sisi kehidupan.
Filsafat diatas diusung sebagai tegline silek arts festival (SAF) 2021, berupaya mengangkat nilai inti dari silek sebagai hakikat beladiri sejati, (self- defense). Menggambarkan kearifan pandeka dalam menjalani kehidupan dengan ragam romatikanya, sebagaimana runcing nya ujung keris, menata berbagai ketakutan dan kegelisan dalam jiwa, dalam situasi dan kondisi tertentu, bahkan kondisi sulit sekalipun, silek menjadi penawar, atau tali pegangan yang kokoh dalam keyakinan kepada Tuhan. Kemudian Mancak gambaran tindakan, sebagaimana kondisi pandemi saat ini, dimana kita dihadapakan dalam berbagai kondisi krisis, sejak dari krisis, ekonomi, krisis etika, krisis kepemimpinan bahkan sampai krisis kesehatan, semuanya tersyirat dalam ketajaman mata pedang, siapa yang tidak pandai, maka akan melukai diri sendiri, maka dituntut kebijaksanaan dalam mengambil tindakan, dan itu yang diharapkan dari setiap generasi sebagai nilai tertinggi dari peradaban yang telah menjadi kebudayaan.
Tegline tersebut diusung sebagai upaya dari mengangkat, melestarikan dan memajukan kebudayaan, dimana dewasa ini, kebudayaan sering tenggelam dalam arus modernisasi, kebanyakan generasi memandang kebudayaan sebatas seremonial, padahal kebudayaan merupakan sebuah konsep dan cara bijak menjalani berbagai sisi kehidupan, yang sesuai dengan kultur atau kearifan lokal. Sebagaimana ungkapan filsafat, “di mana bumi dipijak disinan langit dijujuang” artinya, kearifan dan kebijaksanaan menyesuaikan keadaan, situasi dan kondisi, sehingga bisa memberi dan menjadi solusi dari berbagai persoalan yang sedang dihadapi.
Dalam kondisi pandemi covid saat ini, dimana, telah terjadi krisis kesehatan, maka program SAF, lebih dominan mengangkat konsep kesehatan tradisional, sebagaimana yang telah diwariskan, suatu upaya bersama dengan semangat gotoroyong, pemerintah dan masyakat, untuk mencari solusi menghadapi kondisi pandemi saat ini, dimana silek menjangkau sejatinya beladiri, silek membentuk seseorang, memiliki kemampuan melindungi diri dari berbagai ancaman, termasuk ancaman kesehatan, dengan seluruh kekuatan, termasuk berbagai metode pengobatan tradisional, sejak dari pijit urut, totk syaraf, sampai pengobatan herbal untuk memperkuat daya tahan sehingga tercipta herd immunity, natural imuniti. Inilah gambaran dari tegline yang diusung dalam program SAF 2021, dalam flatfom Indonesiana, kelaborasi Kementrian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi bersama Dinas kebudayaan Provinsi Sumatera Barat.[]