Berita UtamaMancanegaraTerbaru

Perang Yaman: Serangan Drone dan Rudal Jelajah Houthi Yang Merubah Keseimbangan Perang

Perang Yaman: Serangan drone dan rudal jelajah Houthi yang merubah keseimbangan perang.
Perang Yaman: Serangan drone dan rudal jelajah Houthi yang merubah keseimbangan perang/Foto: Anggota sayap militer Houthi saat berpartisipasi dalam parade militer di ibu kota Yaman, Sanaa/AFP/Getty Images.

NUSANTARANEWS.CO, Sanaa – Perang Yaman: Serangan drone dan rudal jelajah Houthi yang merubah keseimbangan perang. Sabtu pagi, 14 September 2019, 16 pesawat tanpa awak Qasef-3 dan Samad-3 yang dikombinasikan dengan tujuh rudal jelajah menghantam kilang minyak Abqaiq dan Khurais Aramco Arab Saudi tanpa perlawanan berarti. Padahal fasilitas minyak Abqaiq – refinery terbesar di dunia tersebut dilindungi oleh kombinasi sistem pertahanan canggih berlapis seperti Rheinmetall Skyguard, Mistral Crotale dan Lockheed Martin MIM-104 Patriot.

Media barat, langsung menulis berbagai laporan yang menekankan bahwa “Patriot” hanya optimal untuk mencegat “rudal balistik diketinggian tinggi” selain itu juga digarisbawahi bahwa “pasukan Saudi yang mengoperasikan pertahanan memiliki kesiapan rendah, kompetensi rendah, dan sebagian besar lalai”.

Bob McNally, mantan anggota Dewan Ekonomi Nasional dan Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) mengatakan kepada Reuters bahwa, “Keberhasilan serangan terhadap Abqaiq merupakan serangan tepat ke jantung pasar minyak dan ekonomi global”.

Terlepas dari gonjang-ganjing dan berbagai spekulasi itu, yang jelas Houthi secara gemilang telah sukses melancarkan dua serangan yang mengancam eksitensi kerajaan Arab Saudi. Serangan rudal yang menghancurkan sebagian besar dari fasilitas produksi kilang minyak terbesar Arab Saudi tidak hanya menandai babak baru eskalasi di kawasan Teluk Persia, tetapi juga telah mempertontonkan keterbatasan kemampuan pertahanan udara Arab Saudi. Padahal dalam beberapa tahun belakangan Arab Saudi telah menjadi negara dengan anggaran militer terbesar ketiga di dunia yang mencapai US$ 82,9 miliar.

Baca Juga:  Bersama Rakyat, Cabup Gus Fawait Terdepan Tolak Tambang Emas di Silo Jember

Bahkan miliaran dolar telah dikucurkan untuk membangun enam batalion pertahanan rudal darat-ke-udara Patriot buatan Amerika Serikat (AS) termasuk perangkat radar dan pendukung lainnya yang canggih dan mahal – tapi tampaknya tidak cukup mampu untuk melindungi objek infrastruktur utama.

Pihak Houthi sendiri mengatakan bahwa serangan terhadap kilang minyak Abqaiq dan Khurais pada 14 September dilakukan oleh 16 pesawat tak berawak Qasef-3 dan Samad-3 yang dikombinasikan dengan tujuh rudal jelajah yang diluncurkan dari tiga posisi berbeda. Pejuang Houthi menyebut serangan itu sebagai respon terhadap agresi pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi terhadap Yaman dan sekaligus sebagai peringatan bahwa akan ada lebih banyak lagi serangan.

Serangan yang menghancurkan infrastruktur ekonomi dalam skala besar ini oleh para pejuang Houthi, boleh jadi merupakan turning point dalam politik regional, bahkan mungkin berdampak lebih besar dari yang kita sadari.

Juru bicara Houthi Yahya Saree mengatakan bahwa Yaman akan terus melakukan perlawanan terhadap negara agresor terkait serangan terhadap kilang minyak Arab Saudi.

Aliansi AS, Israel dan Arab Saudi yang terkejut dengan serangan Houthi, mereka langsung menuding Iran sebagai pihak yang bertanggung jawab dan menafikkan kemampuan militer Houthi yang faktanya semakin meningkat kemampuannya. Arab Saudi dan AS mengklaim bahwa serangan itu bukan berasal dari Yaman, tapi dilakukan oleh drone dan rudal jelajah buatan Iran.

Baca Juga:  Perawatan Bayi Prematur di Rumah: Tips Sehat dari Dr. Anita Febriana Dokter Spesialis Anak RSUD dr. Moh. Anwar Sumenep

Ya, serangan 10 Drone dan 7 rudal jelajah Houthi memang cukup mengejutkan dan sekaligus merubah keseimbangan Perang Yaman – terutama dengan kemampuan Houthi yang kini dapat melancarkan serangan ke wilayah teritorial Arab Saudi.

Menurut Reuters, serangan drone Houthi itu telah mengguncang kebutuhan minyak global. Diperkirakan kilang minyak tersebut mampu memproduksi lebih dari 5 juta barel per hari atau setengah dari produksi minyak mentah Arab Saudi. The Wall Street Journal melaporkan bahwa Arab Saudi telah menutup sekitar setengah dari produksi minyaknya karena insiden itu. Pihak berwenang belum mengkonfirmasi apakah produksi minyak terpengaruh.

Seperti diketahui, pasukan koalisi pimpinan Saudi telah melakukan agresi militer di Yaman sejak Maret 2015. Agresi militer ini telah memicu krisis kemanusiaan terburuk di dunia menurut PBB. Blokade ketat terhadap Yaman pada gilirannya telah menjebloskan rakyat Yaman ke dalam penderitaan dan kelaparan akut. Ratusan ribu orang telah terbunuh sejak agresi militer 2015.

Namun belakangan, pejuang Houthi mulai menggunakan rudal dan pesawat tanpa awak dalam pertempuran untuk menghadapi pasukan koalisi pimpinan Saudi. Bahkan medan pertempuran kini beralih ke wilayah Arab Saudi dengan menggunakan rudal-rudal dan drone-drone yang membuat kewalahan pasukan koalisi Arab. Arab Saudi menuduh Iran berada di balik peningkatan persenjataan pejuang Houthi – namun Iran menyangkal semua tuduhan itu.

Baca Juga:  Waketum AMM: Kita Siap Menangkan Mualem

Serangan pejuang Houthi terhadap kilang minyak terbesar Arab Saudi telah menciptakan “keseimbangan” perang. Terbukti taktik serangan sporadis Houthi telah membuat Uni Emirat Arab (UEA) menarik pasukannya dari Yaman – dan militer Houthi pun menghentikan serangan mereka terhadap UEA.

Keberhasilan ini tampaknya telah mendorong militer Houthi untuk terus menyerang target-target ekonomi dan milter Arab Saudi dalam radius 1.500 kilometer dengan menggunakan drone dan rudal jelajah hingga Arab Saudi menghentikan agresi militernya.

Houthi sendiri dalam sebuah pidato telah mengisyaratkan bahwa AS dan Israel telah memaksa Arab Saudi dan Emirates untuk melancarkan perang melawan mereka sebagai bagian dari perang mereka melawan Iran. Retorika Houthi ini jelas memberikan sinyal bahwa tidak ada perselisihan ideologis, agama atau strategis dengan Arab Saudi.

Setelah empat tahun pembantaian rakyat sipil Yaman oleh serangan udara pasukan koalisi – kelaparan dan penyakit, serta jutaan orang Yaman kehilangan tempat tinggal dan jatuh dalam jurang kemiskinan yang mengerikan. Perang Yaman kini telah berkembang menjadi perjuangan internasional untuk kesetaraan sebuah negara yang berdaulat dengan kepentingan strategisnya di pintu masuk ke Laut Merah.

Memang ada kekhawatiran bahwa Houthi akan menjadi “Hizbullah” di Yaman. Padahal pejuang Houthi tidaklah identik dengan kaum Syiah di Lebanon sebagaimana pandangan Barat dan Sunni.

Tampaknya, Perang Yaman telah mencapai tahap yang harus segera diselesaikan secara diplomatik untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan yang mengerikan di sana. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,051