Mancanegara

Pasukan Venezuela Membunuh 8 Tentara Bayaran dan Menangkap 34 Lainnya

Pasukan Venezuela membunuh 8 tentara bayaran dan menawan 34 lainnya.
Pasukan Venezuela membunuh 8 tentara bayaran dan menawan 34 lainnya. Kantor pers kepresidenan Miraflores Venezuela menunjukkan  I.D. kartu-kartu mantan pasukan khusus AS Airan Berry, kanan, dan Luke Denman, kiri, di Caracas, Venezuela, Senin, 4 Mei 2020. Pihak berwenang Venezuela mengatakan mereka menangkap dua warga AS di antara sekelompok “tentara bayaran” pada hari Senin. Kantor pers kepresidenan Istana Miraflores.

NUSANTARANEWS.CO, Caracas – Pasukan Venezuela membunuh 8 tentara bayaran dan menawan 34 lainnya. Pihak berwenang Venezuela juga mengatakan bahwa mereka telah menangkap dua warga Amerika Serikat (AS) pada hari Senin (4/5), sehari setelah menggagalkan sekelompok “tentara bayaran” yang melakukan operasi penyusupan di pantai Venezuela. Operasi yang gagal tersebut konon bertujuan untuk menangkap Presiden Venezuela Nicolas Maduro, demikian siaran pers oleh kantor kepresidenan Istana Miraflores.

Maduro mengatakan bahwa pasukannya telah membunuh delapan orang dan menangkap 34 lainnya, termasuk Airan Berry dan Luke Denman mantan Baret Hijau yang sekarang ditahan di Venezuela dengan tuduhan terorisme, perdagangan senjata, dan konspirasi, dilansir adn.com.

Diberitakan, Minggu (3/5) dini hari, speedboat yang berisi tentara bayaran bersenjata lengkap dan peralatan canggih meluncur meninggalkan garis pantai Kolombia menuju pantai Venezuela dengan membawa persenjataan berat, termasuk senapan serbu dan amunisi. Orang-orang berhelm tersebut juga membawa bendera Uncle Sam.

Kapal-kapal ini berhasil mendarat di garis pantai Venezuela di La Guaira. Namun operasi tersebut berhasil dicegat oleh pasukan pemerintah Venezuela. Delapan penyusup tewas, sementara dua lainnya dicegat. Salah satu dari mereka yang ditangkap mengatakan bahwa ia adalah agen Badan Penegakan Narkoba (DEA) pemerintah AS. Tapi, DEA belum memberi konfirmasi.

Baca Juga:  Raja Maroko King Mohammed VI Sambut Kunjungan Kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Dar al-Makhzen

Néstor Reverol, menteri urusan dalam negeri Venezuela, mengatakan bahwa beberapa jam setelah serangan yang digagalkan, pemerintah sebelumnya telah menerima informasi tentang serangan dari sumber-sumber di Kolombia dan patroli pantai, ungkapnya kepada stasiun televisi Venezuela

“Kami tidak bisa menganggap enteng ancaman mereka,” kata politisi senior Venezuela Diosdado Cabello. “Apa yang terjadi hari ini,” katanya, “ini adalah contoh dari keputus-asaan” AS sekutunya.

Washington dengan tegas menolak tuduhan di balik operasi militer yang gagal tersebut.  Presiden Trump mengatakan, jika pemerintahannya yang merencanakan usaha semacam itu, katanya, tidak akan mengirim “kelompok kecil.”

Tapi Washington sepenuhnya jujur ​​tentang upaya penggulingan Presiden Nicolás Maduro untuk menghaancurkan Revolusi Bolivarian. Pada Agustus 2017, Presiden Trump secara terbuka telah menyatakan tidak tertutup tentang “opsi militer” terhadap Venezuela.

AS sendiri bersama Kanada, Kolombia, dan negara-negara lain yang diperintah oleh sayap kanan telah membentuk aliansi untuk menggulingkan Presiden maduro yang tepilih secara demokratis dengan dalih “memulihkan demokrasi” di Venezuela baik melalui kudeta maupun agresi militer. Dengan kata lain, AS ingin Venezuela kembali diperintah oleh sayap kanan dan kulit putih.

Baca Juga:  Jerman Ultimatum Cina terkait Dugaan Pasokan Drone ke Rusia

Pada Mei 2019, Senator Lindsey Graham menyatakan bahwa “AS harus melakukan intervensi di Venezuela seperti yang dilakukan di Grenada. Di mana pada tahun 1983, marinir AS mendarat di Grenada untuk menggulingkan pemerintah yang sah.

AS sendiri secara terbuka sebetulnya telah mempersiapkan invasi ke Venezuela. Namun pada pertemuan Grup Lima pada Februari 2019, wakil presiden Brasil Hamilton Mourão mengatakan kepada pers bahwa Brasil tidak akan mengizinkan AS menggunakan wilayahnya untuk melakukan intervensi militer ke Venezuela. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,050