Puisi

Sinar Pagi, Pertemuan Abadi dan Sajak-sajak Fadhila Mahrunisa

puisi cinta, sebening embun, cinta sebening embun, puisi indonesia, puisi nusantara, nusantaranews, silivester kiik
Embun pagi. (Foto: Endnov)

Sinar Pagi

Kujemput cahaya
Jauh di angan
Entah aku tersambung atau tersandung
Angin membawa runtuhan jerit semesta

Purwokerto, 19 September 2019

 

Hilangnya Kekuatan

Petang menghanyutkan
Merobek ketenangan
Hanya dengan berkata “apa kabar?”
Kau dan kenangan mundur perlahan

Purwokerto, 20 September 2019

 

Akhir Jalanku

Kabut yang mengepungku
Telah runtuh menjadi kata kata
Aku sendiri terjebak di rentan hari
Berayun melewati remang-remang mimpi
Bak lilitan dalam belukar
Hingga melayang menuju asal

Purwokerto, 26 September 2019

 

Pertemuan Abadi

Pagi menyinari pertemuan
Relungku tersedu-sedu
Menerjang hamparan kabut pekat
Kupandang daun-daun mulai gugur
Membawa pesan dari keheningan
Dengan tinta damai pelukis sejati

Purwokerto, 25 September 2019

 

Bayangmu

Saat hari mulai berlalu
Tatapan mata menembus waktu
Hingga menulusuri lorong-lorong kenangan
Dan bayang-bayang yang tertinggal

Purwokerto, 1 September 2019

 

Sang Pejuang

Embun pagi selalu berada di wajahmu
Seraya membawa kesegaran jiwa
Keringatmu adalah hamparan telaga
Yang bermuara pada ujung usia
Di bukit doa terselip harapan
Jangan biarkan sesal akhir kemudian

Purwokerto, 30 September 2019

 

Aku Kembali

Ruhku layu digulung senja
Karena tenggelamnya matahari
Kemanaku kan kembali?
Langit mulai murung
Ditelan jejak hitam
Hingga akhirnya menyisikan dingin

Purwokerto, 30 September 2019

Related Posts

1 of 3,050