NUSANTARANEWS.CO – Presiden Bolsonaro marah dijuluki “Kapten Nero” pembakar Roma. Kebakaran di hutan hujan Amazon kerap terjadi pada musim kering yang biasanya berakhir pada akhir Oktober atau awal November. Selain faktor cuaca, kebakaran hutan di paru-paru dunia tersebut juga karena ulah petani dan peternak yang ingin membuka lahan untuk usahanya. Namun kebakaran hutan tahun ini dianggap sangat parah. Jumlah titik api bahkan mencapai 73 ribu, tertinggi sejak 2013 lalu.
Organisasi pro-lingkungan internasional, World Wildlife Fund (WWF), menganggap kebakaran hutan yang sangat parah tahun ini terjadi sebagai akibat percepatan deforestasi di Amazon.
Otoritas berwenang Brasil mengatakan bahwa kebakaran hutan meningkat di dua negara bagian Brasil: Mato Grosso dan Para. Meski kebakaran hutan dan lahan adalah hal yang lumrah terjadi selama musim kemarau, namun tak jarang para petani lokal yang nakal membakar hutan untuk membuka lahan.
Kebakaran hutan yang terparah ini terjadi sejak Presiden Jair Bolsonaro memutuskan mengembangkan wilayah Amazon untuk lahan pertanian dan pertambangan. Sebuah langkah yang mengundang kekhawatiran dunia internasional akan meningkatnya potensi deforestasi di paru-paru dunia tersebut.
Asap bahkan terlihat dari citra satelit INPE di luar angkasa. Kabut pekat asap dilaporkan menyelimuti sejumlah kota termasuk, Sao Paolo selama beberapa hari terakhir hingga membuat mengganggu jalur penerbangan.
Presiden Brazil Jair Bolsonaro sendiri detika ditanya terkait meluasnya kebakaran hutan di Amazon yang tak terkendali hanya menganggap biasa saja, dan mengatakan bahwa saat ini merupakan tahun “queimada” atau pembakaran, ketika petani menggunakan api untuk membersihkan lahan.
Presiden Bolsonaro juga membantah keras bahwa karena kebijakannyalah yang menyebakan kebakaran hebat di Amazon, dan sebaliknya malah menuduh kalangan media telah merusak kepentingan negara dengan mencapnya sebagai “Kapten Nero.”
“Saya tidak membela pembakaran, karena selalu ada dan akan selalu ada pembakaran. Sayangnya, ini selalu terjadi di Amazon,” kata Bolsonaro, merujuk pada musim kemarau, kebakaran pembukaan lahan.
Memang kebakaran hutan cenderung meningkat selama musim kemarau, yang biasanya berakhir pada akhir Oktober atau awal November, karena lahan dibuka untuk membuka jalan bagi tanaman atau penggembalaan.
Di awal pernyataannya, Bolsonaro mengakui bahwa kebakaran yang biasa terjadi ketika musim panas itu memang sangat meresahkan. Namun kemudian menjadi naik pitam setelah dijuluki Kapten Nero oleh media massa karena membiarkan kebakaran hebat melalap Hutan Amazon
“Menuding saya sebagai “Kapten Nero” yang melakukan pembakaran adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab,” kata Bolsonaro dengan geram sebagaimana dilansir AFP.
Rujukan ke Kapten Nero tampaknya berasal dari kaisar Romawi terkait dengan aktor yang bertanggungjawab atas kebakaran besar di Roma. Sedangkan Bolsonaro sendiri juga seorang mantan kapten tentara.
Sementara INPE menjelaskan bahwa kebakaran hutan tidak dapat dikaitkan begitu saja dengan musim kemarau atau fenomena alam.
“Tidak ada yang abnormal tentang iklim tahun ini atau curah hujan di wilayah Amazon yang hanya sedikit di bawah rata-rata,” kata peneliti INPE Alberto Setzer, sambil menambahkan bahwa orang kerap menyalahkan musim kemarau terkait kebakaran hutan di Amazon, tapi itu tidak cukup akurat. (Alya Karen)