NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Enzo Zenz Allie tiba-tiba diterpa isu dirinya adalah simpatisan HTI, padahal calon prajurit TNI harus setia pada Pancasila dan Konstitusi RI.
Nama Enzo Zenz Allie mendadak menjadi bahan perbincangan setelah dirinya dinyatakan lolos sebagai calon prajurit taruna Akademi TNI. Pria keturunan Prancis itu diduga simpatisan HTI, sebuah organisasi yang telah dilarang di Indonesia.
Di media sosial viral foto yang menunjukkan Enzo tengah membawa bendera hitam yang disebut-sebut bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Pihak TNI sendiri turun tangan menyikapi isu yang tengah menerpa Enzo ini. Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Sisriadi menegaskan TNI memiliki prosedur operasional standar (SOP) dalam menyeleksi calon taruna. Bahkan melibatkan intelijen dan aparatur teritorial seperti Kodam, Koramil dan BAIS TNI.
Selain dari pihak TNI, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu juga bereaksi terkait isu yang menerpa Enzo. Menurut Menhan, latar belakang Enzo Zenz Allie, yang ayahnya asal Prancis, harus dicek terlebih dulu. Menhan juga menegaskan bahwa siapapun prajurit TNI yang terindikasi mendukung khilafah akan langsung dipecat.
Menhan Ryamizard pun mengatakan tak akan memberikan toleransi kepada Enzo jika benar dia simpatisan HTI.
Tak berhenti sampai di situ, TNI bahkan oleh sebagian pihak dinilai kecolongan dalam kasus ini. Seperti diwartakan, Enzo lolos seleksi Penilaian Panitia Penentu Akhir alias Pantukhir, bahkan sempat diwawancarai Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto dalam bahasa Prancis yang fasih.
“Dalam seleksi prajurit itu ada Pantukhir. Seyogyanya Methoda Pantukhir harus ikuti perkembangan zaman. Melihat track record sang calon secara seksama dan teliti termasuk melihat media sosial yang terkait dengan calon tersebut,” ujar Pengamat Militer, Susaningtyas Kertopati kepada redaksi, Kamis (8/8/2019).
Ia menjelaskan, yang paling utama calon perwira atau prajurit itu harus nyatakan setia kepada Pancasila dan konstitusi.
“Lihat sejarah keluarganya. Meski cerdas tapi jika terdeteksi aliran radikal harus ada pendalaman lebih dari yang lain. Bagaimana mau menjaga sistem pertahanan negara jika punya keyakinan atas ideologi berbeda dari Pancasila? Ini berlaku umum,” terangnya.
Pengamat yang karib disapa Nuning ini berpendapat, dalam kasus Enzo ini pihak TNI harus mendalaminya sehingga tidak salah dalam mengambil keputusan untuk menerima atau tidak.
“Orang ini harus clear!,” tegasnya.
“Sudah saatnya dilakukan pembersihan dalam tubuh TNI-Polri dari radikalisme. Jangan sampai kesusupan,” pungkas Nuning. (eda)
Editor: Eriec Dieda