Ekonomi

Pengamat Prihatin Insiden Kebocoran Migas Pertamina di Pantai Utara Jawa

migas pertamina, pengeboran minyak, gas bumi, pantai utara jawa, karawang, nusantaranews
Blok Offshore North West Java (ONWJ), Pantai Utara Jawa milik PT Pertamina Hulu Energi (PHE). (Foto: Dok. PHE ONWJ)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pengamat ekonomi, Defiyan Cori mengaku prihatin atas apa yang menimpa lokasi pengeboran minyak dan gas bumi atau Migas Pertamina di sekitar Karawang, Pantai Utara Jawa.

“Ada hal aneh atas kejadian tersebut, membuat pertanyaan bagi publik, sejauhmana pengelolaan resiko BUMN Pertamina atas kejadian-kejadian tak terduga atau yang sudah bisa diduga melalui Sistem Peringatan Dini atau SPD (Early Warning System). Jikalau Pertamina sudah memiliki, maka pertanyaan selanjutnya adalah, apakah sistem ini tidak bekerja?,” ucapnya, Jakarta, Sabtu (20/7/2019).

Gelembung gas di lokasi Offshore North West Java (ONWJ), Pantai Utara Jawa tersebut pertama kali munucul pada Jumat (12/7/2019) lalu. Semestinya saat kemunculan gelembung gas tersebut terjadi maka harus segera menerjunkan tim yang lengkap.

Sumur YYA-1 sendiri merupakan sumur reaktifasi di sekitar 2 kilometer (KM) dari Pantai Utara Jawa. Reaktivasi sumur tersebut dikerjakan oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE), dan oleh karena itu tidak mungkin tak paham apa yang segera mesti dilakukan, preventif dan antisipatif.

Baca Juga:  Operasi Pasar Atasi Kelangkaan Gas Subsidi di Kabupaten Pidie Jaya

“Prioritas utama yang memang harus dilakukan adalah memastikan keselamatan karyawan yang bekerja sebagai bagian dari team emergency response, masyarakat dan lingkungan sekitar, dan memastikan isolasi dan pengamanan ketat di sekitar lokasi kejadian,” kata Defiyan.

Menurut dia, Pertamina mestinya sudah belajar melakukan penanganan peristiwa ini, sebab skala gelembung gas lapangan YY jauh lebih kecil dibandingkan lapangan di mana insiden pernah terjadi di tempat lain seperti di lapangan Macondo, Teluk Meksiko.

“Kecuali, Pertamina memang tidak pernah belajar dari kasus yang pernah terjadi pada lokasi yang pernah ada gelembung gas di negara lain, maka antisipasi dan preventisasi oleh pihak PHE dapat dimaklumi,” terangnya.

Dia menambahkan, bahwa yang tentu saja tidak diinginkan oleh warga bangsa semua adalah berapa nilai kerugian ekonomis yang diderita atas tindakan antisipasi dan preventisasi yang cukup lamban ini, di saat BUMN Pertamina membutuhkan sumber-sumber minyak dan gas bumi dalam menutup defisit migas dan defisit transaksi berjalan dan mengumpulkan dana untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT). Sangat mendesak dilakukan investigasi lebih jauh kejadian ini, tidak hanya dalam perspektif keahlian, tapi juga kelalaian para pihak. (ach)

Baca Juga:  Kapal Cepat Sirubondo-Madura di Rintis, Ekonomi Masyarakat Bisa Naik

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,051