Ratih Sang Pemikat
Cerpen karya Rina Romadona
Di malam yang paling mencekam kemarin kita mulai mencoba mengulang beberapa aktivitas yang telah anak itu lakukan. Dengan pantang menyerah Ratih bersama suami sesekali menawarkan beberapa tuang air untuk dicicipi di gelas berwarna kemerahan itu dengan muka terlihat pucat anak itu segera memalingkan arah untuk kembali kepada sejarahnya yang terdahulu. Jika yakin kembali tentunya anak itu akan terancam, terancam di suasana pagi apalagi malam hari nanti anak itu seperti mengingatkan Ratih pada kelamnya dulu dengan kondisi wajah penuh ketakutan kaki tak berdaya serta pandangan yang kabur anak itu mulai mengenal alamat rumah kami karena tak sengaja melihat Ratih duduk di teras rumah kemarin sambil menenun beberapa helai kain yang dipakai untuk melindungi tubuh dari hawa dingin di tempat ini.
Anak itu ternyata sudah memperhatikan Ratih beberapa waktu lalu, ketika saya mulai bertanya tentang Ratih justru anak itu yang paling tahu dibandingkan saya sebagai suaminya selama 4 tahun. Hal ini yang membawaku semakin yakin untuk merawatnya dan membawa perlindungan lewat tempat ini memang sekedar berbicara kau sangat terbatas bata seolah banyak karangan demi karangan yang kau perlihatkan kepada kami Ratih sesekali menganguk mendengar ceritanya justru saya mulai mengantuk mendengar ceritanya dengan menggunakan mua topeng seolah sangat mengikuti alur cerita dari anak itu saya mulai ikut terbawa suasana menangkap beberapa perihal kehidupan yang tersampaikan oleh anak manggil itu. Ratih mulai melihat jam karena sudah merasakan perasaan mengantuk hingga mengajaknya tertidur bersama dengan penuh keraguan saya memilih tidur di sela teras sebagai upaya perundingan hati dan pikiran mengenai kedatangan anak itu.
Apakah Jawaban Tuhan untuk mengirimkan anak itu yang kami impikan di awal pernikahan tetapi tidak mungkin jelas jelas anak itu hanya tersesat sesaat kebetulan lewat tempat tinggal kami. Tetapi sepertinya ada kejanggalan yang sulit terlupa kenapa ia selalu memperhatikan Ratih ketika sejak awal pernikahan kami hingga sekarang terutama Ratih yang paling sering diceritakan? Apakah anak itu berkaitan dengan masa lalu Ratih yang kelam di waktu itu ketika aku menemukannya di sela sela semak sambil merintih kesakitan dengan muka penuh banyak luka dan airmata hingga banyak tetesan darah yang sempat aku bersihkan dengan menggunakan tenaga rentaku kala itu mungkin karena balas kasih Ratih mau dipersunting denganku apalagi mami berdua terpaut beda 30 tahun sudah pastinya untuk memberikan satu keturunan sudah sangat payah bagiku ini untungnya Ratih selalu sabar ketika kami mulai berkumpul di satu ranjang dengan penuh senyuman ia selalu memperlakukan selayaknya raja di para negeri dongeng yang pernah saya baca ketika kecil.
Kembali lagi ke anak itu yang masih memikat rahasia sepertinya ia mulai nyaman dengan kami berdua sudah bertahun tahun ia masih disini dan semakin dekat dengan kami lingkungan kami berdua dan semakin terpikat dengan Ratih seolah ia adalah ibu asli yang telah melahirkannya beberapa tempo dulu. Tapi saya tak yakin akan hal itu mengapa masih banyak keraguan terhadap anak ini siapa sebenarnya orangtua anak itu? Saya mulai berinisial menelusuri kampung ke kampung menanyakan identitas anak yang bertahun tahun tinggal dirumah tanpa ingin menceritakan siapa orang tua aslinya ada beberapa orang mengaku mengenal anak tersebut dengan ciri ciri yang sama persis yang dimilikinya tetapi beberapa orang ini malah menasehati saya dengan mengatakan jangan terlalu cepat mengambil keputusan jangan sampai kalian akan merasakan kecewa dari anak yang tak jelas asal usulnya. Dengan keinginan cukup besar saya mulai merasakan semakin banyaknya kecurigaan yang akan didatangkan oleh anak tersebut banyak yang menasehati untuk usir keluar tanpa memandangnya sebagai anak kecil sekalipun karena ia memiliki berbagai siasat untuk mendapatkan istrimu si Ratih biasanya dia selalu mengikat para istri dengan bersuamikan yang telah tua renta seperti saya ini semua yang telah menjelaskan mengenai anak itu tidak bisa menjelaskan siapa orangtua dari anak tersebut.
Sesampainya dirumah saya mulai memberanikan diri dan memandang sekitaran anak kecil itu yang seolah tak punya salah apapun tapi ini harus dilakukan sebelum Ratih terbangun dari lamunan tidurnya di kamar. Saya mulai menanyakan asal usulnya dengan mata melotot emosi hampir tersulut hingga anak ini mulai sedikit ketakutan hingga beberapa menit masih menutup rapat bibirnya yang membuat tangan rentaku seolah ingin memaksanya untuk jujur hingga Ratih pun terbangun dan benar ia lebih memilih mengenyam tangan anak ini dibanding suaminya sendiri.
Anak itu mulai mengatakan bahwa ia beberapa tahun yang lalu memang pernah tinggal di salah satu kampung dekat tempat tinggal kami ia mulai menjelaskan sedikit demi sedikit perjalanan hidupnya tapi untuk menjawab siapa orang tuanya sangatlah sulit seperti ada yang ditutupinya di masa lalu yang ia bawa hingga kini. Akhirnya saya berinisiatif untuk memalingkan badan mencoba menahan amarah karena hanya ini yang bisa dijelaskan oleh anak tersebut masih belum membuat rasa ingin tahu bertahun tahun ini terjawab. Keesokan harinya saya mencoba mulai menyelidikinya perlahan dengan penuh rasa ingin tahu yang tinggi mengapa saya tidak menemukan anak itu di kamar hanya ada beberapa mainan yang tergeletak di kasur tempatnya beristirahat saya pun mulai berhati-hati dalam mengambil langkah khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkannya dengan langkah perlahan dari belakang ada yang menyentuhku sambil tertawa dengan rona suara yang membuat saya merasa sedikit ketakutan dengan membalikan badan ada anak kecil itu sambil menebarkan senyum dengan penuh makna ternyata anak itu……..
Seketika saya pun terbangun sepertinya tertidur sudah sangat lama hingga saya mencari Ratih dan anak kecil tersebut tetapi mengapa tidak ada di setiap sudut ruangan rumah ini biasanya jam segini Ratih selalu menyiapkan makanan dengan kopi hangat diatas meja ini hingga beberapa hari kemudian aku masih mencari Ratih tetap tidak ada di mana dia? Hingga aku menemukan satu kalender kecil di atas meja aku melihat mengapa tahun sudah mulai berganti aku menikahi Ratih bukan di tahun yang aku lihat ini sekitaran tahun 90an. Mengapa sekarang sudah menunjukan angka tahun yang lain? Begitu banyak pertanyaan yang ada dibenakku hingga aku mulai tersadar dari lamunan perlahan bahwa Ratih istriku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu ketika mengandung anakku saat ladangku tenggelam dengan badai banjir yang menghantam tubuhnya hingga hanyut ke daerah kampung lain. Kampung yang sama seperti aku menanyakan perihal anak kecil yang aku curigai di dalam lamunan.
Ratih di mana jasadmu Ratih bersama anakku sambil berucap lirih ternyata kebahagiaan ku hanyalah sebuah mimpi. #