Politik

Prediksi Indonesia Pasca Hasil Putusan MK

Pertarungan kubu Jokowi-Prabowo di sidang terbuka gugatan sengketa Pilpres 2019. (FOTO: Istimewa)
Prediksi Indonesia Pasca Hasil Putusan MK. (FOTO: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Melihat fenomena yang terjadi usai hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), Presiden Front Pribumi Ki Gendeng Pamungkas yang biasa disingkat KGP, menjadi tertarik untuk memprediksi Indonesia ke depan.

Menurut pengakuan KGP, ia merenung dan menbayangkan bagaimana kecewa leluhur bangsa dan para pendiri bangsa yang utama,
seperti Bung Karno, Bung Hatta, Tan Malaka, dan Sjahrir sedih melihat kondisi bangsa ini. Mereka tentu akan menanyakan pada Tuhan Yang Maha Kuasa agar bangsa ini diselamatkan dari kehancuran.

Presiden Front Pribumi Ki Gendeng Pamungkas kali ini merujuk pada Serat yang ditulis Sri Aji Joyoboyo yang disebut memiliki ratusan ramalan soal masa depan Nusantara. Dimana Joyoboyo meramal Nusantara dari masa runtuhnya Kerajaan Kediri hingga sekarang. Di antara ratusan itu, ada delapan ramalan yang relevan dengan peristiwa di Tanah Air saat ini.

Kedelapan ramalan tersebut adalah Murcaning Noyogenggong Sabdopalon, Semut Ireng Anak-anak Sapi, Kebo Nyabrang Kali, Kejajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol, Pitik Tarung Sak Kandang, Kodok Ijo Ongkang-ongkang, Tikus Pithi Anoto Baris dan Reinkarnasi Noyogenggong Sabdo Palon.

Baca Juga:  Relawan Milenial Jawa Timur Beri Dukungan di Pilgub, Galan: Bu Khofifah Sudah Teruji

Ramalan yang menyebut ‘Pithik jago tarung sak kandang’ (Ayam jantan berkelahi satu kandang). Isyarat dari ramalan sang pujangga waktu itu agar masyarakat mewaspadai akan adanya ancaman disintegrasi atau perpecahan bangsa.
Bila kemudian ramalan tersebut dihubungkan dengan terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G 30 S) bisa relevan kan?

“Saat ini bukan lagi pertarungan antara pendukung 01 melawan pendukung 02.” Hal itu dikatakan KGP pada Jumat (28/6) pagi di Malang, Jawa Timur.

“Namun saat ini adalah pertarungan antara nasionalis sejati dan melawan anti nasionalis. Sejarah selalu berulang,” kata KGP.

Yang yang dimaksud sebagai anti nasionalis adalah sikap yang ditunjukkan oleh siapa pun mereka dengan ciri tidak mandiri sebagai bangsa yang merdeka dan lebih suka menjadi kuli bagi bangsa lain alias mau enaknya saja makan rente bank dengan bekerja dikit tapi untung besar alias mental calo.

Kondisi ke depan akan terjadi kemarahan, perlawanan dan apatisme masyakarat yang meluas di seluruh tanah air. Mereka tidak percaya lagi pada lembaga hukum yang tujuan dasarnya adalah mencari keadilan.

Baca Juga:  Jelang Pilkada Serentak, Ribuan Orang Gelar Acara Indonesia Berdoa

Apatisme itu sulit dicari siapa yang mempeloporinya? Tidak ada provokator yang bisa dituduh sebagai penggerak. Inilah gaya perlawanan rakyat ke depan, setidaknya selama setahun ini.

Mereka yang marah, berang dan apatis bukan hanya rakyat biasa tapi juga akan melingkupi pada para pegawai, tentara, dokter, guru dan Aparatur Sipil Negara lainnya.

“Mereka yang punya dana berlebih akan bergaya hidup sangat hedonistik, makan dan minum dalam kemewahan. Sedangkan yang hidup dalam kesulitan hanya melihat itu semua sebagai tontonan yang menyakitkan. Yang kaya tidak tahu apakah yang diperbuatnya salah atau tidak, sedangkan yang kurang beruntung hanya memendam kekecewaan dan kemarahan melihat kondisi disparitas yang sangat lebar,” tandasnya.

Pewarta: Romandhon

Related Posts

1 of 3,050