Opini

Surat Terbuka Seorang Peneliti Perbandingan Ideologi Kepada Gubernur Lemhanas

NUSANTARANEWS.CO – Surat terbuka seorang peneliti perbandingan ideologi kepada gubernur Lemhanas. Kebangkitan PKI di Indonesia bukan isapan jempol belaka. Pengakuan tentang lahir kembali organisasi terlarang itu terus berdatangan dan diucapkan dari sejumlah kalangan. Kali ini, seorang peneliti perbandingan ideologi yang baru saja menyelesaikan disertasi ilmu politik tentang ideologi komunis, Dr. Mutiara.

Berikut bunyi surat terbuka tersebut yang ditujukan kepada Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Letjen TNI Agus Widjoyo.

KECEWA KEPADAMU JENDERAL!!

Kpd Yth.
Gubernur Lemhanas
Letjen TNI Agus Widjoyo
Di Tempat

Jenderal yang saya cintai, perkenalkan adikmu ini yang baru saja menyelesaikan disertasi ilmu politik tentang ideologi komunis. Saya baru saja menyaksikan jenderal di acara Polemik inews/mnc news yang berjudul “Ancaman Hantu Komunis”.

Ada Tiga pernyataan anda yang membuat saya terkaget.

Pertama, alasan jenderal memfasilitasi simposium yang berat ke arah kiri dan mengakomodir generasi PKI dengan kasus pelanggaran pasca 65 dan tidak membahas kekejian PKI 48 dan tahun sebelum 65 adalah karena tidak adanya referensi/kurang bahan&data dari kekejian PKI.

Saya bertanya di dalam hati bukankah anda adalah Prajurit TNI AD? Walau anda pensiun dan Purna bagi kami jenderal tetaplah jenderal, karena prajurit tidak pernah mati.

Bukankah banyak data di Pusjarah TNI? Bukankah anda bisa meminta data ke Mabes TNI? Dan bukankah anda Gubernur Lemhanas yang merupakan orang no.1 di lembaga pendidikan kepemimpinan tertinggi di republik ini. Tidak sulit mencari data untuk figur sekaliber anda. Saya hanya sipil biasa yang kebetulan bisa S3 karena beasiswa, aksi keji PKI ada dalam buku “Benturan NU vs PKI”, “Pura Besakih saksi keji PKI”, “Kaum Merah menjarah”, “Analisa kegagalan PKI”, “60 Hari yang Mencekam”, Matine Gusti Allah”, “Ayat-Ayat yang disembelih” dll. Apa perlu buku-buku ini saya kirim ke Lemhanas?

Kedua, Anda mengatakan banyak kasus LEBAY yang terjadi terkait Palu arit yang beredar akhir2 ini. Mungkin anda terlalu sering bergaul dengan kelompok LGBT sehingga biasa menggunakan istilah “Lebay” atau “berlebihan”. Bagi anda ini Lebay? Tapi bagi masyarakat menengah ini melaporkan kasus palu arit adalah bentuk ketakutan kami. Masyarakat tidak tahu harus berlindung kepada siapa lagi karena aparat lama bertindak menunggu instruksi Presiden dulu. Ini bentuk kewaspadaan bagi anak-cucu karena mereka masyarakat miskin hanya butuh rasa aman. Dalam disertasi saya satu2nya ideologi yang mewariskan ajarannya dan biasanya “dendam”nya dalam struktur keluarganya, hanya komunisme. Statistik menunjukkan kelompok komunis di 72 negara membunuh 120juta orang untuk menggapai kekuasaan.

Ketiga, Saya tidak habis pikir ketika jenderal mengkritisi prajurit TNI yang menangkap banyak gambar/baju palu arit. Jenderal bilang harusnya polisi saja bukan TNI. Bagi jenderal mungkin statemen itu biasa saja, tapi ini akan menurunkan moral prajurit di lapangan. Bukankah TNI terikat Sapta Marga? Analoginya ketika sedang dipinggir jalan kita melihat ada seseorang dicopet pasti kita akan spontan teriak atau berlari menginfokan hal tsb. Begitu juga dengan adanya atribut palu arit, Prajurit TNI pasti menghentikan dan diproses ke kepolisian.

Sebagai akademisi saya sangat prihatin karena yang anda pimpin adalah Lembaga Ketahanan Nasional yang mencetak pemimpin dan pemikir negara ini.

Salam hormat

Oleh: Mutiara, Peneliti perbandingan ideologi

Related Posts

1 of 5