Malam Ini Sebut Aku Penyair
malam ini akulah penyair
puisi-puisi dari dalam diriku lahir
mungkin pagi nanti bukan lagi
bila aku ke laut dan menangkap ikan
akulah nelayan
bila aku ke ladang dan menyemai padi-padi
akulah petani
bila aku pergi dan menyusuri kota demi kota
rimba demi rimba
akulah pengembara
puisi-puisiku adalah anakku
yang telah durhaka dan tak pernah menyebut siapa ibunya
puisi-puisiku berdiri sendiri
semenjak baru pertama membuka mata
puisi-puisiku berontak sejak pertama mampu berteriak:
aku anak hujan, anak waktu, anak peradaban
aku anak kemarau, anak daun gugur, anak alam
ibuku hanya bidan bahasa
yang membantuku lahir ke dunia
maka sebutlah aku penyair
saat sedang menulis puisi
meski di lain hari
kau sebut aku pandir
sebab puisi-puisiku berkata padamu
ibunya si pengaku yang dungu
2015
Mencari
alangkah tololnya aku
mengembara, menziarahi peradaban-peradaban manusia
mengetuk pintu negeri paling asing
mencari jati diri
yang itu dalam diriku sendiri
alangkah bebalnya kepala ini
menyepi di kamar, mengasingkan dari dunia yang berkobar
setiap hari
mencari sunyi
yang itu dalam diriku sendiri
2015
Doa
aku menunggu
ruang-ruang meraung, waktu menggerutu
menceritakan kegelisahannya atas kehadiranku
aku menunggu
jasadku meneriakkan kebebasan
memandang rohku melayang-layang
2015
Berteduh
aku berteduh di tengah hujan deras
dari matahari yang ganas
aku berteduh di tengah malam
dari garing dan garangnya siang
aku berteduh di tengah kobaran api
dari panas dadaku sendiri
aku berteduh di tengah diri-Mu
dari bentuk keakuanku
2016
Daruz Armedian, lahir di Tuban dan menjadi mahasiswa filsafat di UIN Sunan Kalijaga semester 3. Tinggal di Jl. Parangtritis km. 7,5 dan bergiat di Lesehan Sastra Kutub Yogyakarta. Tulisannya pernah di Media Indonesia, Suara Merdeka, Republika, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Lampung Pos, dll.
_____________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, dan esai dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].