Budaya / SeniPuisi

Karikatur di Atas Wastafel – Puisi Sipulan K. Langka

KARIKATUR DI ATAS WASTAFEL

aku seperti melukis wajah-wajah baru di wajahku
kau tahu, kerutan dan uban-uban mulai tak enak
dipandang, aku tahu
tak ada goresan yang sepenuhnya alami
kuas atau pun kanfas yang sama-sama ragu
malu-malu memikatmu.
apakah sekecil ini dunia ketika aku tersenyum?
lihatlah, sejak pelan-pelan kuputar kran wastafel di kamarmu
dan air juga pelan-pelan mengalir
semua yang kusiramkan di wajah menuju
comberan yang senantiasa bau.

aku ulangi
berkli-kali gagal.

ada negeri yang indah yang perkasa
sehingga gemetaran tangan dan seluruh badan
aku jatuh cinta dari nyalang sampai paling buta
tanpa kata dan lukisan. juga tiba-tiba kebencian
pembunuhan –mamatikan yang hidup
mematikan yang telah mati atau menghidupkannya
kembali. aku jatuh cinta juga dengan benci
yang tiba-tiba.

di atas wastafel di kamarmu aku mulai mencari kesalahan
paling dasar yang membuat kita semua bingung pada hidup
dan kematian. gambar-gambar atau lukisan yang
setiap saat merekayasa nasibnya sendiri
sementara air terus mengalir
bunyi menyulut ketegangan yang lain. aku terus mencari.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

sesekali kulihat wajahku seperti wajahmu
helai-helai rambut yang kubiarkan memanjang
sebagian aku cegah karena gatal dan kutu-kutu
subur beranak-cucu. sesekali kulihat wajahku dan
wajahmu tersipu. ya, beginilah hidup
manakala mesti tertawa dan ditertawakan sendiri.

kupandang-pandang wajahku beberapa kali wajahmu
dipenuhi cibiran berbalut dendam. kini aku teriak
“sayang, apa kau atau aku pernah lupa mengunci pintu
sehingga ada orang lain masuk ke kamar ini dan membuang
sampah sembarangan!” sekejap aku tak lupa pintu itu
telah lama jebol semenjak masing-masing kita kehilangan
kepercayaan.

kemudian aku nyanyi-nyanyi saja syair-syair kerinduan
penyair-penyair dengan sepi yang tak kuasa ditolaknya
sajak-sajak dari anak-anak yang belajar menuntaskan
gelisah. sementara entah dari mana dari luar sana
juga kudengar suara pembaca berita yang mulai serak
dan berita-berita yang putus asa.
aku sungguh, sayang, kaget ketika janin dalam perutmu
turut menyumbang tangis dan sedu-sedu.

lama berselang dan cekam
rupanya aku kelelahan
tak ada yang kulihat
tak ada yang kudengar
selain bunyi air kran
mengalir ke wastafel
ke comberan.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

2009-2011

Sipulan K. Langka, Alumnus STSI Bandung. Pelaku seni, pimpinan teater Kalangka Madura. Kini Mukim di Sumenep.

__________________________________

Baca Juga:

Simak di sini: Puisi Indonesia

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 124