NUSANTARANEWS.CO – Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menjadikan momentum peluncuran buku “Balada Si Burung Merak: Puisi-Puisi Lengkap W.S. Rendra” terbitan Institut Terjemahan dan Buku Malaysia (ITBM) untuk membeberkan romantisme perhasabatannya dengan WS Rendra. Dalam kenangan Wiranto, meski ada perbedaan atribut formal antara dirinya dengan Rendra, namun ketika bicara soal pandangan hidup mereka bersahabat.
“Mungkin banyak yang bertanya, mengapa Wiranto yang hampir separuh hidupnya yang berkarir di Militer bersahabat dengan seorang seniman sekaliber WS. Rendra. Bagi yang berpikir secara rasional, mungkin sesuatu yang aneh. Ada militer yang kerjanya mengejar-ngejar seniman, di jaman dulu, tapi ternyata bersahabat dengan orang yang dikejar-kejar (Rendra) itu,” terang Wiranto di podium ITBM, Indonesia Internasional Book Fair, Minggu (2/10) kemarin.
Sebagai penegas terhadap maksud persahabatan dirinya dengan WS Rendra, Ketua Umum non aktif Partai Hanura itu mengemukakan bahwa, Tuhan menciptakan manusia itu sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial, maka manusia satu dengan manusia yang lain, bangsa satu dengan bangsa yang lain, masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain melakukan interaksi.
Baca : Gema Balada Si Burung Merak Semarak di Negeri Jiran
“Pada saat interaksi itulah, terjadi hubungan antara manusia yang kualitasnya itu bermacam-macam. Ada kualitasnya hanya tau siapa tahu dia, hanya tahu ‘o, Dedy Mizwar adalah Wakil Gubernur Jawa Barat‘, tapi belum berkawan,” urai Wiranto di Jakarta Convention Center.
Baru tingkatan berikutnya, lanjut mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan Kabinet Reformasi (1998-1999), adalah berkawan, mulai mengenal, mulai bergaul, mulai bercakap dalam istilah orang Malaysia. Tapi belum sampai tingkatan yang lebih tinggi lagi.
“Berkawan, habis itu ada tingkatan yang lebih tinggi lagi yaitu bersahabat. Artinya tidak sekedar berdialog, berbicara, atau berbincang-bincang. Tapi sudah saling memiliki satu dengan yang lain. Saling Membela. Bahkan, saling mengkritisi sesuatu yang tidak tepat,” ujar Wiranto.
Mantan Panglima TNI itu menerangkan bahwa, bersahabat pun ternyata ada tingkatannya. Ada konsepnya. Ada orang bersahabat dikarenankan jabatannya, karena tertari akan kekayaannya, karena tertarik karena popularitasnya supaya kita mendapatkan kebanggaan. Ada yang bersahabat karena parasnya. Itulah persahabatan yang bersifat fisik dan biasanya persahaban seperti ini tidak langgeng, tidak abadi.
“Persahabat karena kaya (merujuk pada pemerintah, red), ketika ditangkap KPK, tidak bersahabat lagi. Persahabatan karena jabatan, ketika dia tidak menjabat lagi, dia jauh. Itu tingkatan yang pertama,” katanya.
Adapun tingkatan yang kedua, sebut mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Kabinet Abdurrahman Wahid (1999-2000) ini, adalah persahabat karena kedekatan pandangan hidup atau spiritual. Kenapa bersahabat, karena menghormati pandangan hidupnya, karena menghormati perjuangan hidupnya, karna menghormati konsep-konsep hidup dan pemikirannya sebagai manusia.
“Tatkala saya dengan WS Rendra sama-sama masih pakai atribut. Saya atributnya mulai dari kolonel sampai jenderal sementara Rendara adalah seorang seniman yang terkenal, yang kadang-kadang memang sentilannya membuat kuping panas para pejabat. Dalam tingkatan itu, maka kita tidak bisa berhabat. Karena kita dihadapkan dengan atribut formalitas yang ada di pundak kita masing-masing,” ungkap Wiranto beromatisme.
Tetapi, lanjut Wiranto, tatkala keduanya melepaskan atribut itu, mereka berbicara pandangan hidup, perjuangan hidup, prinsip perjuangan hidup. Maka pihaknya dan WS Rendra bersahabat dan sama.
“Itulah mengapa, ketika WS Rendra meninggalkan kita semua, meninggalkan saya, persahabatan saya dengan WS Rendra tidak pernah selesai. Sebab persahaban itu bukan fisik lagi, tapi persahabatan soal konsep hidup. Walaupun WS Rendra sudah berada di alam yang lain, saya masih merasa bersahabat dengan WS Rendra.
Itulah alasan kenapa saya datang kemari (acara peluncuran buku) dan akan terus datang ke event-event yang menyangkut sahabat saya WS. Rendra,” ungkapnya.
Wiranto pun menandaskan sebelum akhirnya dia meluncurkan buku yang diprakarsai oleh Ketua Pegawai Eksekutif ITBM Mohd Khair Ngadiron itu, bahwa WS Rendra adalah sahabat seluruh hadirin. “Karenanya kita semua hadir ke acara ini. Karena kita menghormati pandangan hidup Ws Rendra dan spiritual yang dia miliki,” tutupnya.
Acara peluncuran buku puisi yang memicu rasa bangga bangsa Indonesia juga dimeriahkan oleh para seniman besar negeri Jiran. Pertama adalah komposer ternama negeri Jiran, Saidin Omar dengan dua sajak Si Burung Merak berujudul “Episode” dan “Taubat” yang dinyanyikan. Kedua adalah penyair besar Malaysia, Khalid Salleh yang dengan heroik membacakan sajak “Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta” karya si Burung Merak. Kemudian Wakil Gubernur Jabar Dedy Mizwar membacakan sebuah sajak WS Rendra berjudul “Datanglah Ya Allah”.(Selendang Sulaiman)