Mancanegara

Unjuk Rasa Anti Pemerintah di Thailand Semakin Meningkat

Unjuk rasa anti pemerintah di Thailand semakin meningkat.
Unjuk rasa anti pemerintah di Thailand semakin meningkat/Foto: breakingnews.ie

NUSANTARANEWS.CO, Bangkok – Unjuk rasa anti pemerintah di Thailand semakin meningkat. Pada hari Rabu, para pemuda dan mahasiswa kembali turun ke jalan meski pemerintah mulai menghidupkan kembali penggunaan undang-undang yang keras terhadap pencemaran nama baik monarki.

Di masa lalu, undang-undang lese majeste yang kontroversial tersebut telah digunakan sebagai senjata untuk melakukan balas dendam politik. Pelanggaran tersebut dapat dihukum hingga 15 tahun penjara. Sementara para pemimpin aksi unjuk rasa sebagian besar telah terkena berbagai tuduhan, mulai dari pemblokiran lalu lintas hingga penghasutan.

Namun demonstrasi menentang pemerintah semakin meningkat. Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh para demonstran bahkan menyebut Thailand sebagai negara gagal yang rakyatnya diperintah oleh kapitalis, militer, dan feodal. Bukan itu saja, para pengunjuk rasa juga mengecam keluarga kerajaan negara itu.

Dalam sebuah orasi, pemimpin aksi mempertanyakan gaya hidup mewah raja dan menuntut reformasi kerajaan, serta pengunduran Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha. Para pengunjuk rasa juga menyerukan tidak akan berhenti berjuang sampai tuntutan mereka terpenuhi

Baca Juga:  Militer Israel Kawal Aksi Pemukim Zionis Bakar Pemukiman Paletina di Tepi Barat

Pihak Kepolisian melaporkan bahwa sekitar 12.000 pengunjuk rasa menggelar aksi di luar gedung Siam Commercial Bank di Bangkok pada hari Rabu (25/11) – di mana salah satu pemegang saham utama bank tersebut adalah Raja Maha Vajiralongkorn.

Sebelum aksi turun ke jalan pada hari Rabu, perdana menteri telah mengancam bahwa pemerintahannya akan memberantas para pengunjuk rasa dengan menerapkan undang-undang yang melarang penghinaan atau pencemaran kerajaan.

Perubahan lokasi pusat unjuk rasa dari kantor Crown Property Bureau yang mengelola aset kekayaan kerajaan yang diperkirakan bernilai lebih dari US$ 40 miliar ke Siam Commercial Bank yang jauh dari distrik Biro Properti Mahkota dan kantor kerajaan serta pemerintah lainnya.

Perpindahan pusat aksi tersebut dilakkukan oleh para pengunjuk rasa untuk menghindari konfrontasi dengan polisi dan demonstran pendukung royalis yang dapat memicu terjadinya darurat militer atau kudeta oleh militer.

Gambar ikon gerakan berupa bebek karet kuning terlihat di mana-mana. Bahkan pemimpin aksi yang berpidato dari panggung truk terbuka mengenakan kostum bebek tersebut.

Baca Juga:  Mantan Komandan NATO Menyerukan untuk Mengebom Krimea

Bebek karet telah menjadi simbol perlawanan minggu lalu ketika bebek tiup seukuran manusia dibawa oleh para pengunjuk rasa menjalankan aksi di luar gedung Parlemen. Ketika unjuk rasa berubah menjadi kaacau, dan polisi menembakkan water cannon, bebek-bebek itu berfungsi sebagai perisai anti meriam air

Dalam aksi di luar gedung parlemen itu, sedikitnya 55 orang terluka, termasuk enam pengunjuk rasa dilaporkan mengalami luka tembak. Namun Polisi membantah menembakkan peluru tajam atau peluru karet. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,049