Trump Pemantik Perang Dunia Ketiga, Islam Harus Siapkan Diri

Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump. Foto via Theindependent

Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump. Foto via Theindependent

NUSANTARANEWS.CO – Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, menyebut kota Yerusalem sebagai Ibukota Israel telah bertentangan dengan kebijakan Politik Luar Negeri AS selama tujuh dekade terkait status Yerussalem. Dan juga bertengtangan dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB dan Mahkamah Internasional.

Diantaranya, pertama Resolusi 242 (22 November 1967) Israel diperintahkan untuk menarik pasukannya dari wilayah pendudukan yang dikuasai pada perang 1967, Termasuk bagian timur dari kota Yerussalem. Kedua, Resolusi 252 (21 Mei 1968) Israel diminta menghentikan tindakan yang terindikasi akan mengubah status Yerusalem, Ini termasuk mengambil alih lahan dan property milik Palestina.

Ketiga, Resolusi 465 (1 Maret 1980) Israel dilarang membuat undang-undang yang menyatakan perubahan status Yerusallem. Keempat, Juli 2004 Mahkamah Internasional menetapkan pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum internasional dan Israel harus merobohkan.

Dan kelima, Resolusi 2334 (23 Desember 2016) Israel dikutuk karena pembangunan pemukiman di wilayah pendudukan termasuk di kota Yerussalem. Pemukiman itu dinilai tidak memiliki validitas dan pelanggaran jelas terhadap hukum internasional.

Presiden Aliansi Mahasiswa Muslim ASEAN, Zainuddin Arsyad menyatakan bahwa Konflik Israel-Palestina bagian dari konflik Arab-Israel. Lebih luas lagi November 1917 Inggris mencanangkan Deklarasi Balfour, yang dipandangn pihak Yahudi dan Arab sebagai perjanjian untuk mendirikan “tanah air” bagi kaum Yahudi di Palestina.

Kemudian tahun 1920-1948 mandat britania atas palestina yang memicu Revolusi arab 1936-1939 yang dipimpin Amin Al Husseini, Tak kurang dari 5.000 warga Arab terbunuh. Sebagian besar disebabkan oleh Inggris. Dan hanya ratusan orang yahudi tewas. Atas dukungan Inggris Israel memenangkan peperangan dan mendeklerasikan Pembentukan Negara Israel 14 Mei 1948.

Dari pemetaan konflik di atas, sambung Zainuddin, Israel bukanlah sebuah bangsa yang besar dan kuat tanpa dukungan dari Negara-Negara yang melindunginya. Jika dahulu Israel dibela oleh inggris, Maka sekarang Israel sedang diperjuangan dan dibelah oleh Amerika Serikat. Maka era ini akan memasuki proses baru dalam konflik Israel Palestina. konflik ini akan berkepanjangan serta memunculkan kekuatan baru yaitu solidaritas Dunia Islam yang digerakkan Turki yang juga pernah menjadi korban propaganda yahudi di masa lalu.

Zainuddin menyebut Trump sudah tidak megindahan Resolusi PBB dan Keputusan Mahkamah Internasional. Seperti masa Inggris yang tidak mengindahkan kecaman Internasional waktu mempersilakan Israel mendeklarasikan kemerdekaan.

Konfilik selanjutkan akan melahirkan gerakkan dari arus bawah kekuatan Rakyat Palestina dibawah pimpinan HAMAS kemudian akan didukung Faksi Fatah. Sehingga menimbulkan gelombang besar Perlawanan Rakyat Palestina. Jika Trump ikut memobilisasi kekuatan maka, lanjut Zainuddin, kemungkinan skenario kekuatan Turki dan beberapa Negara Islam akan terlibat dalam konflik besar ini. Jadi bukan lagi konflik Negara arab dan Israel tapi konflik Dunia Islam dan Israel beserta sekutunya.

Jika itu terjadi maka akan meyeret semua Element Mahasiswa dan Pemuda Islam Dunia untuk terlibat lebih jauh. Termasuk mobilisasi kekuatan untuk melakukan perang Dunia ketiga, maka Pemuda Islam harus siap menghadapi skenario ini dengan mempersiapkan diri.

Dirinya menambahkan, sejarah telah membuktikan bahwa Bangsa Yahudi Israel adalah bangsa Penjajah yang terus merampas Hak Rakyat Palestina. Dalam proses penjajahan yang dilancarkan Yahudi mendapat dukungan dari Negara Inggris dan sekutunya. Saat ini Inggris telah di gantikan oleh Amerika Serikat di Bawa kepemimpian Donal Trump untuk melanjutkan penjajahan bahkan mengambil alih bangsa Palestina.

Hal ini melanggar resolusi PBB dan Hukum Internasional serta memancing kecaman dunia, akan tetapi dengan kesombongan Amerika Serikat tidak menggubris sehinggan mengkhawatirkan akan menimbulkan konflik lebih besar bukan lagi bangsa Arab Israel tapi Dunia Islam dan Israel beserta sekutunya, hingga memantik perang dunia ketiaga.

“Maka dari itu mahasiswa dan pemuda islam sudah harus mempersiapkan diri untuk menghadapi konflik ini karena hal tersebut pasti akan terjadi sebelum terjadinya kiamat,” tegasnya Zainuddin Arsyad dikutip dari keterangan tertulisnya. (*)

Editor: Romandhon

Exit mobile version