Lintas Nusa

Trauma Letusan 1963, Warga Sekitar Gunung Agung Terus ‘Bermigrasi’

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan bahwa jumlah warga yang bermigrasi atau mengungsi terus bertambah setelah Gunung Agung di Bali ditetapkan siaga 1.

Selain itu, merujuk data yang dilaporkan ke Pusdalops BPBD Bali, pengungsi sejak Kamis pagi (21/9/2017) semakin meningkat. Sebagian besar masyarakat mengungsi karena trauma dari pengalaman masa lalu saat Gunung Agung meletus besar tahun 1963.

“Tanda-tanda yang mereka rasakan saat ini, yaitu gempa vulkanik yang sering terjadi saat ini mirip dengan kejadian sebelum Gunung Agung meletus tahun 1963. Letusan saat itu berlangsung hampir selama setahun yaitu 18 Februari 1963 hingga 27 Januari 1964. Korban tercatat 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka,” ungkap Sutopo dalam rilisnya, Kamis (21/9/2017).

Dirinya mengaku tidak mudah menangani pengungsi. Apalagi pengungsi dari erupsi gunun gapi yang jumlahnya besar dan tidak diketahui pasti sampai kapan harus mengungsi karena sangat tergantung dari waktu letusannya.

Baca Juga:  Hotipah Keluarga Miskin Desa Guluk-guluk Tak Pernah Mendapatkan Bantuan dari Pemerintah

Saat ini, lanjut Sutopo sudah banyak tenda pengungsi didirikan. Namun umumnya mengungsi di tenda, tidak nyaman karena panas dan jika terjadi erupsi disertai hujan abu dan pasir, tenda dapat roboh seperti saat erupsi Gunung Merapi tahun 2010.

“Banjar atau balai desa adalah tempat pengungsian yang lebih nyaman. Begitu juga mengungsi di kerabat atau desa sekitarnya. BNPB telah menyarankan agar dicari desa-desa di sekitarnya yang aman dan bisa menampung pengungsi. Model ini dikenal sister village seperti yang banyak dikembangkan di sekitar Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Yogyakarta,” katanya.

Untuk BNPB menghimbau agar masyarakat untuk tetap tenang. “Pemerintah dan pemda bersama unsur lainnya pasti akan melindungi masyarakat. Saat ini masih terus disiapkan sarana dan prasarana di pos pengungsian. Prioritas pengungsian adalah kelompok rentan yaitu balita, ibu hamil, lansia dan disabilitas. Pendataan masih dilakukan,” terangnya.

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 9