Berita UtamaOpiniTerbaru

Tradisi Barat Membantai Manusia Tercermin di Palestina

Tradisi Barat Membantai Manusia Tercermin di Palestina

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Terlepas dari berbagai isu dan laporan terkait pembersihan etnis Palestina yang baru-baru ini beredar di berbagai media – kebijakan Zionis itu sebenarnya telah berjalan sebelum negera Zionis itu sendiri berdiri. Dan kebijakan pembersihan etnis itu terus berlanjut hingga detik ini tanpa banyak bicara. Tapi kerja, kerja, dan kerja. Bahkan terungkap sudah bahwa Israel ingin menggunakan bom atom untuk meratakan Gaza.

Coba kita mundur kebelakang, hingga berakhirnya Perang Dunia II, ketika kaum Zionis membentuk tiga organisasi paramiliter di Palestina yang sangat terkenal aksi terorisnya. Mereka adalah Haganah, Irgun Z’vai Leumi, dan Stern Gang.

Menariknya aksi teroris pasukan paramiliter ini begitu dibanggakan bahkan mereka bersikukuh telah melakukan pekerjaan terhormat dengan menyingkirkan etnis Arab dengan menghalalkan segala cara di Palestina.

Mengapa aksi terorisme sistematis dan kebiadaban Zionis yang konsisten ini seakan tidak pernah terjadi? Begitu pula ketika orang Eropa membunuh lebih dari 500 juta manusia sejak era Columbus tidak pernah dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan? Bahkan di era modern kaum pembunuh miliaran manusia ini telah merubah wajah mereka menjadi pendekar HAM? Dan ajaibnya, hanya mereka yang seakan berhak membunuh atas nama kemanusiaan dan menghancurkan negara yang tidak sejalan dengan mereka atas nama demokrasi?

Baca Juga:  Dewan Kehormatan yang Nir Kehormatan

Satu hal yang mungkin cukup menjelaskan yakni hegemoni media massa. Propaganda media barat selama berabad-abad yang kemudian diternakkan dalam dunia akademis yang masif sehingga menjadi sumber kebenaran absolut yang tidak terbantahkan hingga hari ini dan membungkam kebenaran yang lain yang tidak sejalan dengan kepentingan mereka.

Kita kembali ke kaum Zionis. Bagaimana media dan dunia akademis begitu solid membangun opini dan karya ilmiah yang harus diterima kebenarannya sebagai dasar pertarungan akal sehat yang justeru tidak sehat.

Hari ini kita bisa melihat bagaimana kaum Zionis yang sejak awal kemerdekaannya selalu didukung oleh kekuatan militer sekutu pemenang Perang Dunia II yang berjumlah lebih dari 20 negara – maka tak heran bila dalam setiap pertempuran dengan negara Arab, Zionis Israel selalu dapat mengalahkan negara Arab yang jumlahnya tak lebih banyak dari jari tangan.

Di abad 21, Zionis Israel tanpa bantuan negara sekutu atau NATO cs tercatat sudah tiga kali mengalami kekalahan ketika bertempur melawan Hizbullah dan Hamas. Bahkan dalam pertempuran sejak 7 Oktober 2023 lalu, militer Zionis hampir tak berdaya. Baru setelah Amerika, Inggris, Prancis, Jerman dan negara-negara Barat lainnya mengirimkan pasukan dan persenjataan terlihat mulai ada perlawanan.

Baca Juga:  Kegiatan Forum Humas BUMN Membuat Perpecahan PWI atas UKW Liar

Ya, tampakkya para pemilik modal tetap ingin mempertahankan proyek perumahan terbesar dan termahal di dunia yang ekslusif bagi jutaan orang yang mengaku dirinya etnis Yahudi dengan ideologi Zionisme.

Menariknya karena perumahan itu dibangun di zona perang maka untuk keamanannya diperlukan sistem pertahanan militer yang kuat untuk menahan serangan dari luar. Sehingga para satpam pun harus dengan kemampuan kualifikasi militer kalau tidak mau disebut tentara bayaran.

Kabar bahwa Zionis Israel ingin mengusir penduduk Gaza ke Gurun Sinai di Mesir memang sudah lama direncanakan. Seperti halnya nasib jutaan orang Arab Palestina yang kini kenjadi warga negara Yordania, atau jutaan lainnya yang menjadi pengungsi di bnyak negara Arab sekitarnya.

Kini tampaknya kita harus kembali ke Resolusi Khartoum dalam KTT Liga Arab 1 September 1967 di Ibukota Sudan yang tekenal dengan “Tiga Tidak”: Tidak ada pengakuan terhadap Israel, Tidak ada negosiasi dengan Israel, dan Tidak ada perdamaian dengan Israel.

Baca Juga:  Ramadhan Berbagi, Pemdes Rombasan Santuni Anak Yatim dalam Peringatan Nuzulul Qur'an

Jadi apakah salah jika para pejuang Palestina terutama Hamas yang dikhianati oleh para koleganya negara-negara Arab akhirnya harus bertempur sendirian hidup atau mati sekarang ini. So what next?! (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 25