Mancanegara

Terpecahkannya Teka Teki Pemisahan Spektrum Cahaya Matahari

Spektrum Cahaya Matahari (Ilustrasi/Nusantaranews)
Spektrum Cahaya Matahari (Ilustrasi/Nusantaranews)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sebuah peristiwa besar dalam sejarah umat manusia terjadi pada tanggal 11 Juni 1855 silam. Dimana dua ilmuan besar dunia asal Jerman yakni Gustav Robert Kirchoff dan Robert Bunsen berhasil melakukan pemisahan spektrum cahaya matahari.

Bagi yang belum tahu bagaimana awal mula pengetahuan tentang terciptanya pelangi, maka Gustav Robert Kirchoff dan Robert Bunsen inilah yang menjadi orang pertama di dunia yang berhasil memecahkan teka teki tersebut. Marlin Bato (2010) dalam sebuah ulasannya berjudul Mitos Pelangi (Nipamoa) dalam Masyarakat Lio menjelaskan bahwa pelangi merupakan hasil proses pemisahan warna-warna matahari oleh tetesan-tetesan air.

Jauh sebelumnya, tahun 1700-an, Newton telah menemukan konsep tentang spektrum cahaya, yaitu bahwa cahaya putih ternyata merupakan gabungan dari spektrum yang terdiri dari warna-warni pelangi.

Namun teka teki tersebut berhasil dipecahkan, setelah uji coba yang dilukan Kirchoff dan Robert Bunsen dalam memisahan spektrum cahaya matahari berjalan sempurna. Kedua ilmuan ini melakukan eksperimen dengan memisahkan spektrum warna yang menyusun cahaya matahari dengan menggunakan prisma.

Baca Juga:  Eropa Berharap Menjadi "Gudang Senjata Perang" untuk Menyelamatkan Ekonominya

Baca Juga:
Mengenal Ritual Titik Balik Matahari Musim Dingin di Austria dan Irlandia
Energi Angin dan Matahari Semakin Nyata
Mengetahui Waktu Dhuhur Menggunakan Jam Matahari

Apa itu prisma? Dalam ilmu geometri, prisma merupakan bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh alas dan tutup identik berbentuk segi-n dan sisi-sisi tegak berbentuk persegi atau persegi panjang. Dengan kata lain prisma adalah bangun ruang yang mempunyai penampang melintang yang selalu sama dalam bentuk dan ukuran. Prisma segi-n memiliki n + 2 sisi, 3n rusuk dan 2n titik sudut.

Kembali pada pembahasan mengenai cahaya yang sukses dibongkar Kirchoff dan Robert Bunsen. Perlu diketahui bahwa di dalam sebuah cahaya, sesungguhnya terdiri dari beragam jenis warna. Tentunya warna-warna tersebut memiliki jenis panjang gelombang yang tidak sama dalam komposisinya.

Dengan kata lain, warna yang terdapat pada suatu cahaya memiliki panjang gelombang elektromaknetik yang tidak sama satu sama lain. Nah, untuk mengistilahkannya maka dalam dunia fisika para ilmuan sepakat untuk menyebutnya dengan istilah “Spektrum”.

Baca Juga:  Maroko Nyatakan Tidak Peduli atas Putusan Pengadilan Eropa terkait Perjanjian Pertanian dan Perikanan

Kaitannya dengan itu, mata normal manusia akan dapat menerima panjang gelombang dari 400 sampai 700 nm (nanometer). Nanometer adalah sebuah ukuran panjang yang merupakan satuan panjang SI (Sistem Satuan Internasional atau Système International d’Unités). Nanometer (nm) umumnya dipakai sebagai alat pengukur panjang gelombang cahaya tampak (400 nm sampai 700 nm), radiasi ultraviolet, sinar gamma dan lain-lain.

Pewarta: Romandhon

Related Posts

1 of 3,050