NUSANTARANEWS.CO – Ada fenomena menarik sejak dilancarkannya operasi militer khusus Rusia di Ukraina yakni terjadinya peningkatan perdagangan yuan Cina dan rubel Rusia lebih dari 1.000%, lapor Bloomberg. Tepatnya naik menjadi 1067% dalam volume perdagangan bulanan sejak akhir Februari.
Perdagangan Cina dengan Rusia naik 12% di bulan Maret, lebih cepat dari perdagangan dengan negara-negara lain di dunia. Impor Rusia dari Cina menurun, tetapi perdagangan ke arah lain meningkat, kemungkinan mencerminkan harga energi yang lebih tinggi.
Rusia mengatakan mereka mengharapkan perdagangan dengan Cina mencapai US$200 miliar pada tahun 2024, naik lebih besar dari tahun lalu yang hanya sekitar US$150 miliar.
Sejauh ini, sanksi keras Amerika Serikat (AS) dan Barat terhadap Rusia dan kontrol modal yang ketat yang diberlakukan oleh Moskow telah menyebabkan dolar turun tajam terhadap rubel. Bloomberg melaporkan bahwa volume perdagangan dalam pasangan dolar-rubel turun ke level terendah dalam satu dekade.
Seperti diketahui, sejak berakhirnya Perang Dunia II, dolar AS mulai memainkan peran menjadi mata uang cadangan dunia dimana seluruh bank sentral di dunia wajib menyimpan mata uang dolar sebagai cadangan negara. Selain itu, negara-negara di dunia harus membayar barang, komoditas, aset, dan utang mereka juga dengan dolar.
Tercatat pada akhir tahun 2019, sebesar US$ 6,7 triliun tersebar di bank-bank sentral di seluruh dunia sehingga tidak mengherankan bila AS selama ini memiliki daya tekan yang tinggi terhadap negara lain.
Namun perlahan tapi pasti, yuan dan rubel mulai menjadi altenatif melawan hegemoni dolar dan euro. Banyak negara kini mulai menyimpan cadangan devisanya dengan yuan yang dianggap lebih aman. Meskipun begitu, yuan masih tertinggal jauh dalam pembayaran internasional.
Transaksi dolar AS memang tetap stabil selama dua dekade yakni mencapai 88 persen pada 2019. Baru pada 2020, ketika terjadi krisis akibat propaganda Covid-19 – defisit anggaran AS meningkat sehingga dolar sebagai mata uang cadangan mulai ditinggalkan di seluruh dunia. Akibatnya untuk pertama kalinya sejak 1997, dolar sebagai cadangan mata uang dunia turun tajam hingga di bawah 60% pada 2020. (Alya)