NUSANTARANEWS.CO, Maroko – Antropolog Jean-Jacques Hublin baru-baru ini pamerkan salah satu temuannya tentang tengkorak manusia berusia 300.000 tahun. Temuan ini seakan meruntuhkan hipotesis tentang cerita muasal spesies manusia sebelumnya yang diklaim berasal dari luar kawasan sub-Sahara Afrika.
Tepatnya kapan dan dari mana spesies manusia itu muncul pertama kali? Para antropolog telah bergulat dengan pertanyaan itu puluhan tahun silam, dan jawaban petunjuknya justru terarah di suatu tempat yang terletak di kawasan bagian sub-Sahara Afrika sekitar 200.000 tahun yang lalu.
Namun bukti baru yang digariskan dalam dua makalah yang dipublikasikan di Jurnal Nature menantang hipotesis tersebut. Sebagai gantinya, para penulis menggambarkan temuan baru-baru ini yang menunjukkan bahwa Homo Sapiens pertama muncul lebih dari 100.000 tahun lebih ini justru muncul di tempat yang tidak diduga-duga oleh para ahli sebelumnya.
Sebagaimana diketahui Homo Sapiens yang paling awal pernah ditemukan di luar sub-Sahara Afrika. Temuan itu digunakan sebagai bukti untuk menunjukkan muasal spesies manusia paling awal.
Pada tahun 1961, seorang kru penambang sedang membajak dinding batu kapur lereng bebukitan di daerah sebelah barat kota Marrakesh, Maroko. Saat mereka melakukan galian aktifitas tambang, ditemukan gundukan berwarna coklat dan ternyata berupa potongan tengkorak manusia.
Temuan tengkorak ini kemudian oleh pekerja tambang diserahkan ke dokter lapangan mereka. Mendapati hal itu, para peneliti berbondong-bondong ke daerah tersebut. Mereka menemukan lebih banyak lagi sisa-sisa tengkorak manusia.
Saat itu, para ilmuwan mematok usia fosil-fosil belulang manusia itu berumur 40.000 tahun. Yakni ribuan tahun sebelum ditemukannya spesies bangsa Eropa. Tetapi galian mereka belum cukup dalam.
Baru kira-kira 40 tahun kemudian, antropolog Jean-Jacques Hublin bersama timnya dari Max Planck Institute kembali mendatangi kawasan tersebut dan melakukan penggalian. Dirinya bersama tim melakukan galian setengah lusin lapisan tanah di bawah tanah tempat tulang tengkorak dan tulang lengan tersebut ditemukan.
Di sana, tim menemukan setidaknya lima karangka manusia kuno. Akhirnya, dirinya bersama tim dengan menggunakan teknik pengukuran radiasi material yang dipanaskan, Hublin dan timnya terkejut jika ternyata tulang-tulang purba tersebut justru berasal dari orang-orang yang hidup sekitar 300.000-350.000 tahun lalu.
“Ini usia yang tua sekali,” kata Hublin baru-baru ini kepada wartawan dikutip dari The Independent.
Dirinya semakin terkujut ketika mendapati tengkorak-tengkorak tersebut memiliki kemiripan yang mencolok dengan manusia modern. Ketika Hublin mengintip dari soket mata salah satu tengkorak, dia mengaku tercengang.
Dirinya melihat di wajah nenek moyang manusia purba itu seperti Homo Erectus atau Homo Heidelbergensis, wajah ini memiliki kemiripan yang mencolok dengan dirinya sendiri. Dimana tengkorak ini memiliki rusuk alis yang menonjol. Dari wajah besar dan tengkorak pipih, fosil orang purba tersebut memiliki wajah kecil dan tengkorak bulat.
“Wajah orang-orang ini benar-benar wajah dari variasi orang modern,” kata Hublin. “Mereka memiliki tengkorak yang lebih memanjang daripada kebanyakan manusia,” sambungnya.
Otak mereka lanjut Hublin tampaknya juga berada di antara nenek moyang manusia purba dan manusia modern, walaupun sedikit lebih mirip dengan nenek moyang kuno. Kombinasi unik ini menunjukkan sesuatu yang mendalam, kata Hublin – dia yakin spesimen di Maroko ini mewakili akar spesies Eropa. Ini bisa digunakan untuk melacak hubungan leluhur mereka dengan tanah yang ada di Maroko sekarang. (*)
Editor: Romandhon