NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Perang konvensional di masa mendatang tampaknya memang sulit terjadi seperti perang-perang sebelumnya yang pernah melanda dunia. Pasalnya, perang konvensional (perang fisik) terlalu banyak risiko dan hukum internasional juga sudah sedemikian ketatnya.
Di era teknologi, perang tampaknya mulai beralih pada penggunaan teknologi-teknologi canggih yang lebih efisien dan efektif. Sejumlah negara maju bahkan telah aktif mengoperasikan alat perang berupa pesawat tanpa awak untuk mendeteksi dan menyerang musuh. Pesawat yang dikendalikan dari jarak jauh ini terbilang cukup efektif dioperasikan dalam medan pertempuran.
Ambil contoh misalnya perang di Afghanistan. Pasukan AS secara reguler telah menggunakan drone untuk mendeteksi dan menyerang militan Taliban di sejumlah daerah. Beberapa waktu lalu, Taliban harus menembak jatuh drone tentara AS yang berkeliaran di langit Afghanistan. Drone ini diketahui telah menyerang dan membunuh markas dan anggota Taliban sebelum akhirnya ditembak jatuh di Kunduz.
Contoh lain, Angkatan Udara Korea Selatan (ROKAF) baru-baru ini membeli sedikitnya 4 unit drone Northrop Grumman RQ-4 Global Hawk dari Amerika Serikat untuk keperluan pengintaian di perbatasan Korea Utara menyusul sikap agresifitas Pyongyang akhir-akhir ini.
Drone Northrop Grumman RQ-4 Global Hawk pesawat tempur canggih yang dibangun militer AS untuk misi pengintaian. Drone ini dilengkapi dengan serangkaian rudal untuk menghancurkan artileri, rudal balistik dan bunker serta pasukan khusus dan taktis.
Pertama kali diterbangkan pada tahun 1998, Global Hawk yang kemudian eksperimental dilengkapi dengan perkumpulan alat pengintai. Ini termasuk elektro-optik, kamera termografi, prosesor gambar, tiga sistem radar yang berbeda, bayangan inframerah, radar cuaca dan perangkat lainnya. Ini juga merupakan pesawat tanpa pilot pertama yang melintasi Samudra Pasifik, yang terjadi pada tahun 2001.
AS juga diketahui telah Global Hawks di Irak dan Afghanistan, serta dalam operasi pencarian dan penyelamatan menyusul bencana seperti gempa dan tsunami Tohoku 2011 di Jepang dan topan Haiyan 2013 di Filipina.
Di Indonesia, drone tentu bukan barang baru lagi. Dan kini, CV. BDL Technology bersama Menteri Riset Teknologi dan Pendidik Tinggi dan Wakil Gubernur Jawa Timur merilis tank tanpa awak generasi kedua (Autonomous Military Tactical Vehicle-WAR-V2). Berdasarkan informasi, tank tanpa awak ini dirilis dalam sebuah acara bertajuk grand launching WAR-V2-Autonomous Military Tactical Vehicle di Exhbistion Hall, Grand City, Surabaya, 19-22 Oktober 2017.
“BDLtech bekerjasama dengan Kemenristekdikti sebagai pengusaha muda/pengusaha pemula khusus bidang HanKam, WAR-V1 menjadi produk perdana BDL yang akan ditindaklanjuti dan diakomodir untuk diproduksi serta diterjunkan ke pasar,” kata CV. BDL Technology dalam sebuah pernyataan seperti dikutip redaksi, Minggu (22/10).
BDLtech merupakan rintisan perusahaan yang bergerak di bidang keteknikan (kelistrikan, elektronika, instrumentasi, mekanik, dan otomasi). BDLtech akan mencakup bidang usaha riset teknologi dengan sasaran lingkup Pendidikan dan Hankam (Pertahanan dan Keamanan). (ed)
Editor: Eriec Dieda/NusantaraNews