NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sebuah studi mengatakan berada dalam kondisi cemas membuat lebih sulit untuk membaca emosi orang lain. Kesulitan dalam menafsirkan ekspresi wajah orang lain sebelumnya dikaitkan dengan gangguan kejiwaan.
Dikatakan, orang yang merasa cemas justru memiliki kepekaan besar terhadap wajah orang lain yang menunjukkan rasa takut. Namun, belum jelas apakah efek tersebut ada di antara orang-orang yang mengalami situasi yang memicu kegelisahan.
“Kami secara khusus berusaha menjawab pertanyaan; bagaimana tingkat kecemasan kita saat ini mempengaruhi bagaimana kita melihat dunia, dan khususnya emosi di wajah?” Kata Marcus Munafò, profesor psikologi biologi di University of Bristol seperti dikutip The Guardian.
Untuk mengatasi teka-teki ini, Munafò dan rekan-rekannya dari University of Bristol melihat dampak dari situasi yang merangsang kecemasan terhadap kemampuan 21 orang yang sehat untuk menafsirkan emosi dalam ekspresi wajah. Kecenderungan umum para peserta untuk khawatir dengan situasi bervariasi, namun tidak ada gangguan kecemasan.
Usai dilakukan penelitian, hasilnya menunjukkan bahwa setelah disesuaikan dengan faktot-faktor seperti usia, jenis kelamin, serta apakah mereka umumnya sering cemas individu sedikitnya 8% buruk dalam mengindentifikasi secara akurat terkait emosi di wajah.
“Kami tahu bahwa kecemasan pada dasarnya dapat mengambil sumber daya kognitif dan mungkin tidak mengherankan jika kita melihat defisit umum ini,” kata Munafò.
Periset juga menemukan bahwa, ketika cemas orang lebih sering melihat kemarahan daripada kebahagiaan saat disajikan dengan ekspresi wajah yang ambigu.
Penelitian ini diterbitkan di jurnal Royal Society Open Science.
“Masalah utamanya adalah kita tidak tahu apakah (keterkaitan antara kecemasan dan pengenalan wajah emosional) ada kaitannya dengan pengakuan emosi sama sekali atau saat anda lebih cemas anda tidak pandai mengerjakan pekerjaan,” dia Kata. Munafò.
Ia juga berpendapat bahwa penelitian sebelumnya belum menunjukkan dampak negatif umum dari menghirup gas karbon dioksida pada fungsi kognitif. (ed)
Editor: Eriec Dieda