Kosarasa Pecinta
Abjad mulai berbarisan
Menyusun angka penuh pertanyaan
Fragmen-fragmen juga sudah disatukan
Berpadu satu dalam biang harapan
Dentingan jam tempat kesalahan;
Seiring detik menit yang membengkak
Tak karuan
Menghampiri bibir tua mengelupas bertaburan
Berlalu-lalang mereka adakan
Si perjaka berambut pirang
Itulah olokan bagi para bajingan
Mencekam layaknya harimau abjad
Dari ciuman,pelukan semua beraroma sabetan
Jadilah ia raja angin malam
Gadis balita menghambur ruakan
Bandung,kota jakarta menjelma pemukiman
Perawan janda ikut andil dalam suaka
Tak pandang bulu atau rupa
Asal setia pasti ku jaga
:begitu katanya
Sebait puisi suci
Menyuci hati mati
Menamai kursi bumi pasutri
Entah adanya pun tak berdarah
Sebagai penikmat rasa:
Aku adalah bagian diri manusia
Bertempat jantung luka
Dan terus mendekap lara
Penuh romansa
Annuqayah 2019
Stanza di Desa Blora
Buliran air menjalar rasa awan
Angin pun ikut cemburu
Melihat keduanya bermadu
Seperti daun pada debu
Saling menyatu dalam kusut lusuh
Hamparan sajadah memeluk hening
Berdebur ombak gelombang
Menggema lembar-lembar aksara
Seraya mengecup tinta hitam pasundan
Melukis wajah-wajah kusam
Diselat neraca; partitur terangkai
Dari bunga-bunga jalanan
Duri memberi perih hati
Namun, sungguh sakit tak kurasa
Lantaran kalbu tergenang meradang masa
Hai,belantara desa blora
Adakah senja bertapak akan dada
Sementara ku lihat bentang lintang
Menghampar lindang
Seamsal hujan jatuh menyutubuhi ladang
Berbekas kecupan nuansa darah
Ruang Literasi IBB, 2020
Siluet Pulau Garam
Memikul cangkul penuh semangat
Menjajal petani pada ladang sawah
Tetes demi tetes keringat menggenang
Menitip mimpi intan di karang
Bertahun-tahun menunggu sua pemerintah
Namun, ucap tak kunjung membasah
Berharap kembali dipimpin arya wiraraja
Sayang itu hanya angan belaka
Aduhai…
Sangat bosan bila harus menanti
Katamu tunggu dulu!
Sampai kapan kami harus termangu?
Perut-perut,tenggorokan kian keruh
Lantaran susu dan tuba
Kau campur satu
Kongkalikong yang gopong kau gotong
Berjalan memotong ocehan kososng
Geliat tangan-tanganmu kerangka
Hingga bergerak pun tak ku sangka
Sebuah aliran siasat penuh muslihat
Menembak lajur rangkaian masa.
Tapi,mengapa dirimu memilih sirih
Apa karna mereka bukan kurir
Atau lantaran kusut busuk
Yang kian menumpuk otakmu
Maaf tuan!
Dalam darah soekarno,tan malaka
Jelmaannya
Di tiap hembusan saut situmorang,kiwo
Pembimbingnya
Jangan kerap kau khayal mengusap
Keluh kesah
Kalau enggan mencumbu durjana.
Benar kali saat kau ucap
“Negara butuh bersih asri”
:namun, tak lah juga diembat
Harta dan hak asasi.
Bolehlah tahtamu selaksa mercusuar
Menawan di angkasa
Namun,tidak untuk bumi kami
Jika hati tak lagi berkiri
Bersiaplah hancur dalam bakteri
Sebab; kepala dan matamu menampung sampah
Tangan kakimu menuju neraka
Dan anak negeri kau asuh pada serigala
Hingga aku pun turut larut
Dalam dilema antara demokrasi dan korupsi
Menurutku itu sama saja.
Annuqayah, 4 Desember 2020
Anacarakaku akan Bahasa
Monopoli Aksara?permainan indah tanpa gumpita.
Tak ada aturan atau kesadaran
Cukup dipatrikan lewat abjad-abjad neraca.
Kocar-kacir para barisan
Membuat penyair ikut ambil bagian.
Sebagai pengokoh dan pencipta rasa
Kosakata kian saja menggema
Lewat lautan, daratan lalu menjulang
Tinggi ke awan
:sampai suci takkan jernih pada diri.
Logat Sunda berkata
(kumaha damang)
Lalu Jawa pun menyapa
(apik-apik wae kang)
Entahlah, mereka berbicara penuh tanda tanya
Berbeda namun bisa berasa.
Bukti negeri harus suaka
Bukan berdiri berkebiri
Lalu menyimpamg
Disimpang jalan
Hei…
Kau yang berambut putih
Mana anak putumu?
Masih adakah tubuh sayupnya
Kala belantara tak lagi sedih
Tanah-tanah ikut gersang memuja lahan
Rerumputan pun setia menari
Diatas bahagia atau duka
Anacarakaku akan bahasa,
seiring nadaraga merasuk kawan-kawan serupa gelandangan
bagi yang tak lafal mengucap:detasawele
harus tunduk dibawah mayapada.
Sayup-sayup tembang genderang perang
Membuka lembar-lembar ibu kota negara
Pada mulut dan mata manusia
Tanggungan kehidupan
Tentang penulis
Mahesa Asah nama pena dari Anshori Ahmad salah satu alumni di Ra As-syafi’iyah,MI Hidayatul Aliyah,MTs 1 Annuqayah dan kini duduk dibangku kelas X-Bahasa MA 1 Annuqayah.bergiat di Kompas (komunitas menulis pasra),Sanggar Kotemang,dan Sanggar Poar Ikstida.