KhazanahLintas Nusa

Situs Gampong Pande Hilang, Salah Satu Sumber Sejarah Dunia Melayu Lenyap

Situs Gampong Pande hilang, salah satu sumber sejarah dunia Melayu lenyap,
Situs Gampong Pande hilang, salah satu sumber sejarah dunia Melayu lenyap. Foto: Ketua Peusaba bersama anggota dalam acara Haul Sultan Al malik Al Mubin.

NUSANTARANEWS.CO, Aceh – Situs Gampong Pande hilang, salah satu  sumber sejarah dunia Melayu lenyap, demikian dikatakan Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman dalam siaran persnya, Senin (10/8). Mawardi mengingatkan jika pemusnahan Situs Gampong Pande terus dibiarkan maka akan hilanglah salah satu sumber sejarah Aceh dan dunia Melayu. Dengan kata lain hilanglah salah satu situs penting bukti penyebaran Islam di Asia  Tenggara.

Tentu pihak yang berkepentingan dengan hancurnya makam raja dan ulama Aceh tersebut akan bersorak gembira karena mereka berhasil memusnahkan situs-situs sejarah tersebut, sekaligus dapat mencapai tujuan mereka.

Peusaba kembali menyerukan kepada masyarakat Aceh serta segenap rakyat Melayu untuk bersatu padu mengambil langkah-langkah upaya penyelamatan makam para Raja-Raja dan Ulama di Gampong Pande.

Menurut penelitian sebelum terjadi musibah Tsunami di Aceh, telah ditemukan makam Sultan Alaiddin Mansur Syah Perak (1579-1586) di Kawasan Gampong Pande Bandar Aceh Darussalam. Bahwa Sultan ini telah wafat takkala pulang dari perang melawan Portugis yang kemudian dimakamkan di dekat Kuala Aceh atau Gampong Pande.

Baca Juga:  Harlah Ke-17 PK PMII Pragaan dan BNI Berbagi Kebagiaan kepada Anak Yatim di Bulan Ramadan

Setelah Tsunami, diketahui beberapa situs yang telah ditimbun oleh kaum penjajah kolonial Belanda, muncul kembali. Dengan melakukan penggalian tentu akan dengan mudah ditemukan untuk diselamatkan dan dilestarikan.

Situasi belakangan ini, kawasan makam raja dan ulama di Gampong Pande rencananya akan dijadikan proyek IPAL, atau tempat pembuangan tinja. Namun berkat protes masyarakat Aceh – proyek pembuangan tinja berubah menjadi proyek baru, proyek perumahanan. Tetap saja proyek ini menimbun seluruh kawasan situs makam para raja dan ulama yang ada dirawa-rawa dan tambak Gampong Pande.

Peusaba juga meminta persatuan semua masyarakat Aceh agar dapat meniru langkah Turki yang mengembalikan fungsi Hagia Sophia melalui Pengadilan Turki.

Oleh karena itu, di Aceh pun perlu dilakukan langkah hukum ke pengadilan meminta kembali tanah-tanah adat kesultanan yang dulu dirampas oleh Belanda, ujar Mawardi.

“Itu adalah satu-satunya cara yang mungkin dapat kita lakukan untuk menyelamatkan makam nenek moyang kita dan agar seluruh tanah adat kesultanan Aceh Darussalam dikembalikan dan situs makam raja dan ulama dapat terjaga dengan baik,” tegasnya. (banyu)

Related Posts

1 of 3,049