NUSANTARANEWS.CO, Azerbaijan – Penghargaan layak diberikan kepada sejumlah seniman dan pesilat di Kabupaten Ponorogo, Jatim. Pasalnya Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Ponorogo kembali memberangkatkan 6 atlet ke Azerbaijan dalam rangka Indonesian Culture Festival ke-4 tahun 2019 yang diadakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Baku, Azerbaijan pada tanggal 11-15 September 2019.
Wisnu Hadi Prayitno salah satu pesilat sekaligus koreografer warga Desa Somoroto, Kecamatan Kauman, Ponorogo yang menjadi salah satu duta Indonesia dalam acara tersebut menyampaikan bahwa pada Opening Indonesian Cultural Festival ke-4 berjalan lancar, walaupun membutuhkan ekstra tenaga.
“Semangat para pendukung event, antusias masyarakat Azerbaijan dan para tokoh hebat tadi malam menghilangkan rasa capek dalam proses perjalanan yang sangat panjang,” kata Wisnu Hadi Prasetyo atau biasa disapa Wisnu HP, Kamis (12/9/2019).
Rombongan juga berkenalan dengan Atase Pertahanan Republik Indonesia Kolonel Marinir Harwin Dicky Wijanarko.
“Pak Harwin adalah sosok yang selalu murah senyum, beliau adalah satu di antara Putra terbaik Indonesia dari Madiun, menyempatkan berdiskusi dengan beliau yang sangat asyik dan insyaallah ada gagasan-gagasan di kemudian hari akan strategi kebudayaan,” ucapnya.
Hari pertama aksi panggung putra-putri terbaik Bumi Reog so Azerbaijan berjalan lancar. Menurutnya masih banyak ruang untuk dia eksplorasi hingga 19 September nanti.
“Terimakasih kami ucapkan kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui Asisten Deputi Industri dan Promosi Olahraga Bapak Sandi Suwardi Hasan,” tambahnya.
Dia juga mengucapkan terimakasih kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia yang telah mendukung PSHT Cabang Ponorogo, dalam mempresentasikan sebuah karya seni yang merupakan kolaborasi pencak silat dengan Kesenian Reog Ponorogo.
Menariknya lagi, kehadiran warga Ponorogo di Azerbaijan langsung disambut dengan hangat oleh Dubes KBRI Baku, Prof Husnan Bey Fananie yang juga cucu dari pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor. Dalam penggarapan karya ini, Wisnu Hadi Prayitno sebagai koreografer memadukan seni pencak silat dan kesenian Reog Ponorogo.
Selain itu menurutnya, karakter Warok Ponorogo dipilih sebagai penggambaran sosok yang dikenal sebagai seseorang yang ‘menguasai ilmu’ (ngelmu) dalam pengertian Kejawen, dalam hal ini adalah ilmu kanuragan.
“Tentunya ini adalah wujud nyata Masyarakat Ponorogo dalam mendukung Pencak Silat untuk UNESCO sebagai Warisan Dunia Tak Benda atau intangible cultural heritage of humanity dan menjadi bagian bidang olahraga di perhelatan Olimpiade,” terangnya.
Pada pertunjukannya di kali ke-2 ini, sebuah harapan besar dimasa yang akan datang, kerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga beserta Kedutaan Besar Republik Indonesia di Baku, Azerbaijan akan terus terjalin.
“Serta mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam rangka peningkatan mutu, pelestarian budaya, dan promosi Kesenian Reog di Tingkat Internasional sebagai upaya mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai Warisan Dunia Tak Benda atau intangible cultural heritage of humanity,” bebernya.
Pewarta: Muh Nurcholis
Editor: Eriec Dieda