Puisi

Sengsara di Kota

Potret di kota metropolitan. (Foto: Ilustrasi/NUSANTARANEWS.CO/Eriec Dieda)
Potret di kota metropolitan. (Foto: Ilustrasi/NUSANTARANEWS.CO/Eriec Dieda)

Sengsara di Kota

Andaikan bila kota ini menyimpan masyarakat golongan pelacur
Seperti menikmati hausnya dalam serba kemiskinan
Yang mengembara dimana-mana
Entah apa membuat kota makin sengsara
Sebenarnya bila dikatakan malam sering mudah beraksi di tempat sepi
Bila menepi pada singgasana penuh kepanasan

Apalagi kehilangan akan membuahkan kepahitan
Pandangan tak bisa apa-apa tapi akan mengendap-endap hati
Inikah yang kemudian mengejar impian yang buruk
Ini yang paling ganas sepanjang kota
Konon kota menyebut keganasan yang ekstrim
Dengan penduduk sebagian pelacur beserta curi harta kesayangan di luar kendali

Bandung, 2019

 

Kacamata Kota Pasundan

Mengayungi kota biasanya padatnya penduduk
Betapa senyapnya meskipun pandangan dingin namun suasana di jalan
Pada persimpangan kota terdapat suasana wisata dikunjungi pengunjung
Seperti berkutip di bawah jembatan yang menuliskan kata Pasundan
Gedung bersejarah terletak di kota besar
Dahulu kota dijadikan pedagang tradsional diubah menjadi suasana nostalgia

Berbelah-belah menyaksikan sejarah Bandung lautan api
Yang menyisahkan kebakaran di penjuru gedung beserta tempat tinggal
Kacamata bersinggah sambil memanjatkan menara masjid Raya
Inilah sudut pandang kota yang kerap dijadikan suasana segar
Walau pagi hingga malam selalu dipadati jalan raya

Bandung, 2019

 

Bencana Alam Menelan Kota

Belakangan ini bencana alam selalu menerjang rumah hingga menelan korban
Sungguh cuaca kian ekstrim di awal tahun
Konon hujan rintik-rintik mengarungi tempat tinggal apalagi kiriman sungai
Sampai tidak tahan derasnya sungai membuat banjir kian tinggi
Memang sampah menumpuk dapat meningkatkan volume air
Apalagi bercampur bau tidak sedap menyengat masyarakat sekitar

Tidak henti-henti bencana selalu terjadi setiap saat
Namun tanpa prediksi setiap kejadian selalu identik takdir hidup
Jika tergeletak tingkah laku manusia secara tidak peduli akan jadi korbannya
Bersikukuh kejadian selalu diawali dengan lingkungan tidak sehat
Sampai bencana menyelimuti warga

Surabaya, 2019

 

Mengobati Luka Hati

Inikah yang namanya membelah jiwa
Bukan berati mengucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Hanya saja berbuah pahit tak seindah dengan cinta abadi
Mencoba untuk akhiri hidup penuh fana

Lihatlah kau
Seberapa jauhnya dirimu agak pucat
Belum lagi menemui rindu yang sudah lama tak jumpa dengan teman dekat
Melumur dosa dimuat ke hatimu hingga mengusur liang lahat
Hanya saja menetes air mata lalu menghirup nafas pelan
Semenjak mengarungi ungkapan untuk keluarga
Sekadar menemani cinta yang mengalami luka

Bandung, 2019

 

Tanaman Layu Seperti Buah Kegagalan

Beginilah jiwa kreatif selalu membuahkan gagal
Semanis juara tetap bergejolak putus asa
Lantaran tidak selaris dengan pelanggan sepenuh hati
Memang tidak dibekali dengan ilmu tanpa bereksplor lapangan
Tanam subur mengujur layu

Gagal ibarat seperti tingkat semangat kian layu
Tidur dengan sepenat kelelahan
Ingin berdarah lalu berpacu kesakitan sambil membangun kembali kegagalan
Tak mau mengecewakan orang disayangi
Menjelang esok akan melatih kembali
Hingga bangun penuh semangat
Itulah tumbuh segar dari segala bagian yang layu
Bertekad untuk impian

Surabaya, 2019

 

Berdoa di Depan Lilin Menyala

Ketika lampu mata menyiapkan lilin menerangi ruangan
Seketika menyala sementara seakan-akan memuji dengan berdoa
Berdekapan di hadapan tuhan yang menerangi cahaya iman
Seraya mengucap bahwa hidup mengaung seperti manusia sebatang kara

Menggengam tangan lalu merenungi bahwa setiap apa yang telah diterangi oleh dosa
Senantiasa mendekam dalam kegelapan di tiap waktu berjalan
Inikah yang mengawali dengan bangun tidur hingga tidur lagi lewat segudang aktivias
Beribadahlah kalau ingin bertaubat
Tak mau bila suatu waktu bila terjadi tingkah laku kian mematikan
Inilah yang dapat digores dengan doa di depan lilin menyala

Sidareja, 2019

 

Tuang atau Tumpah?

Adakah engkau menuangkan air ke dalam gelas?
Seakan-akan menaburkan sebuah impian
Mungkin bilamana makna dalam air
Keajaiban akan membawa keberkahan

Tetapi bila air tumpah ibarat hilangnya ingatan
Mendadak jatuh air akan merasakan emosi meninggi
Bila tidak diperhatikan air berceceran akan jatuh terpleset
Makna tumpah berati suatu keresahan

Cipendeuy, 2019

 

Nyawa Kota

Nyawa kota melabuhkan jatuh sakit
Sepertinya padatnya jalan dari terbitlah fajar hingga terbenamnya matahari
Suasana terlalu biasa tapi selalu dipadati keramaian
Sepulang dari aktivitas akan beristirahat
Pandangan malam bersenyap hangatnya kopi
Nyawa kota sehat bila aman dari suatu apa pun
Bila sakit akan berasa mengarungi bencana
Beginilah yang dinamakan nyawa kota

Surabaya, 2019

 

Baca juga: Tas Selempang Dicuri Maling, Puisi Ivan Aulia Rokhman

 

 

M Ivan Aulia Rokhman, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Dr Soetomo Surabaya. Lahir di Jember, 21 April 1996. Lelaki berkebutuhan khusus ini meraih anugerah Resensi/Kritik Karya Terpuji pada Pena Awards FLP Sedunia. Saat ini aktif di Devisi Kaderisasi FLP Surabaya, FSLDK Surabaya Raya, dan UKKI Unitomo Surabaya.

 

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected]

Related Posts

1 of 3,188