Puisi

Tas Selempang Dicuri Maling, Puisi Ivan Aulia Rokhman

puisi ivan aulia rokhman, tas selempang, dicuri maling, nusantaranews, kumpulan puisi, puisi indonesia, puisi nusantara, nusantara news
Tas Selempang Dicuri Maling. (Foto: Ilustrasi/planktontour.com)

Tas Selempang Dicuri Maling, Puisi Ivan Aulia Rokhman

Suatu malam perantau sampai di kota lautan api
Entah malam berjalan di tempat ibadah lalu bersinggah diam tinggal menunggu pagi
Hanya saja firasat mulai bermunculan saat bangun tidur
Tas tertidur secara terpisah lalu tahu-tahu maling telah mengambil tas selempang
Takmir tertidur untuk membersihkan pel
Otak tak sadar lalu melihat tas selempangku telah dicuri maling seketika
Entah kemana tas hilang beserta uang ongkos selama lima hari
Inilah suasana penderitaan pasca hilangnya tas yang berisi dokumen berharga beserta alat komunikasi

Seakan-akan menanyai warga lalu merantau di lapangan
Konon tempat ibadah sering dikerumuni manusia pelacur, dan maling berkeliaran dimana-mana
Saya hanya bisa berjalan ke kantor polisi untuk dimintai keterangan
Rasanya belum empat hari berjalan perasaanku mulai sedih bila mana berkomunikasi dengan siapa
Tanpa alat komunikasi, peralatan lainnya sudah kapok meraba maling
Kini hanya menunggu impian barang berharga ditemukan
Warga sebanyak itu hanya bisa mengetahui apa pun

Bandung, 2019

Baca juga: Sajak-sajak Ulfatul Khoolidah

Mencari Pulang

Dua hari di Bandung mencari ongkos
Sepanjang pagi aku mencari ongkos untuk berangkat ke sana
Sampai di sana mengikuti kegiatan
Hingga berpanah ke jalan pulang
Mencari hidayah penuh kesusahan
Hanya berpaku dengan alat komunikasi

Lantaran mencari jalan terang-benerang
Merawat singgah di antara jalan yang menyimpang
Atau semacam emosi kian beragam
Hanya kota yang berjibaku macet
Sepanjang dua hari aku ingin pulang
Berterima kasih kepada kawan yang telah membantu untuk jalan menuju pulang
Sampai di rumah terasa bebas dari kehilangan

Bandung, 2019

Selendang Macet di Kota

Sapanjang lalampahan ngambah kemacetan cekap panjang teuing
Abdi rasa kajebak mundel volume tumpakan
Lantaran mengurau rasa ranteng kaliwat tarajang jalan nuju wangsul
Henteu karasaeun betah dua dinten dayeuh Pasundan anu tercinta

Ieu pisan isuk dugi siang berjibaku damel demi menafkahi kulawargi
Sebentang tiis bercengkraman di alun-alun
kaliwat berpusar antawis angin kalawan kesunyian
Berbenam wengi kaliwat ngedeng impen awon
Dayeuh diselimuti hujan deras

Bandung, 2019

Mengais Kemiskinan

Ketika menahan segala keinginan
Tak kuasa uang sekarung celana saku tak tahan membebani
Harus menerima takdir setelah kehilangan segala harta
Yang termanggut dalam emosiku
Menaruh semua impian
Tapi mesti tak kunjung diterima
Lalu lalang selalu membawa rasa malu

Tidak percaya malam selalu mengadopsi kejahatan segala harta
Yang mudah beraksi ditengah aktivitas
Memang segala perjuangan yang menoreh jadi sumbu kehidupan
Walau miskin mengais kelaparan serta kegaduhan di kota
Segala kesialan bertumpu pada api mengembara jiwa
Melangkah lalu berkhayal bahwa suatu terjal mimpi belum bisa terwujud
Waktu mengisahkan air mata dengan segala keperihan
Suatu menyakini bahwa miskin itu hidup menderita dan kurang bermewah
Hanya bisa meminta segala hal

Bandung, 2019

Bercermin dengan Kejahatan

Ada pandangan yang mengatakan bahwa saat ini bercermin dengan kejahatan
Padahal belum selesai permasalahan yang terjadi pada malam hari
Kurang matang jika menemukan harga mati untuk menoreh kehidupan yang ada
Tapi tidak bagi pandangan keramaian yang berujung aksi dinilai tidak pantas dilakukan
Bila menyentuh satu benda akan meresahkan bagi diri
Lain hal dengan tidur di tempat ibadah tapi selalu mudah dicuri oleh maling

Tak terasa menjalani malam dijumpai kesusahan yang tak bisa dibiarkan
Akan tetapi benda berharga sudah dilimpahkan oleh maling
Nantinya identias pura-pura tidak diketahui malang
Mengisahkan air mata menetes bagi segala hal
Inilah jalan yang ditempuh untuk pulang di daerah asal
Repot-repot memotivasiku dengan bapak polisi
Suatu pembelajaran bagiku adalah saat ini kamu akan mencari jalan untuk pulang entah bagaimana caranya

Bandung, 2019

 

M Ivan Aulia Rokhman, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Dr Soetomo Surabaya. Lahir di Jember, 21 April 1996. Lelaki berkebutuhan khusus ini meraih anugerah Resensi/Kritik Karya Terpuji pada Pena Awards FLP Sedunia. Saat ini aktif di Devisi Kaderisasi FLP Surabaya, FSLDK Surabaya Raya, dan UKKI Unitomo Surabaya.

 

 

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected]

Related Posts

1 of 3,187