NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pasukan Ukraina dan tentara bayarannya sekali lagi menggelar operasi false flag untuk mengkambing hitamkan Rusia dengan menembaki warga sipil di Kharkov seperti apa yang dilakukannya di Bucha beberapa waktu lalu. Selain pembunuhan, tentara bayaran pro-Kiev juga dilaporkan melakukan penyiksaan yang paling kejam dan membiarkan mayat-mayat bergeletakan di jalanan, kata orang-orang yang berhasil melarikan diri.
Seperti dikatakan Vitaly Ganchev, Kepala Administrasi Sipil-Militer Kharkov baru-baru ini kepada TV Rossiya-24 bahwa, “tentara bayaran pro-Ukraina telah menembaki warga sipil selama “serangan balasan” dalam beberapa hari terakhir. Peristiwa “pembantaian” tersebut direkam oleh para agen dengan tujuan menyebarkan video dan gambar di internet yang mengklaim bahwa Rusialah yang bertanggung jawab atas tragedi itu”.
Sejauh ini, belum ada konfirmasi resmi dari sumber lain tentang kemungkinan kejahatan ini, tetapi gambar dan video sudah beredar di internet yang menunjukkan warga sipil yang diserang oleh pasukan pro-Kiev.
Meski belum berkomentar, Kremlin dilaporkan tengah melakukan penyelidikan peristiwa pembantaian di Kharkhov. Belajar dari kasus Bucha, tidak mengherankan bila pasukan Zelesnky mengulangi lagi upaya mengkambing hitamkan Rusia dengan menyerang warga sipil sebagai bagian dari praksis mereka.
Selain itu, ada fakta menarik terkait kehadiran tentara bayaran asing yang kini meramaikan jagat media sosial seperti postingan video yang menunjukkan ketika mereka (tentara) berbicara terdengar dalam beberapa bahasa yang berbeda, terutama dalam bahasa Inggris.
Menurut data intelijen sekitar 2000 tentara bayaran mengambil bagian dalam konfrontasi di Kharkov, kebanyakan dari mereka adalah warga negara Amerika, Inggris dan Polandia, serta dari negara-negara NATO lainnya, lansir kantor Berita Tass.
Menariknya, apa yang diunggah agen-agen pro-Ukraina di internet dan media sosial terkait dugaan pembantaian warga sipil oleh pasukan Rusia selain tidak didukung bukti-bukti yang mendasar juga bertentangan dengan fakta di lapangan.
Misalnya apa yang dilaporkan CBS News yang bertajuk: “Warga Ukraina yang dibebaskan bersukacita ketika pasukan Rusia ‘melarikan diri’ dari kota utama Kharkiv”. Namun tidak ada bukti bahwa warga sipil Ukraina hidup “lebih dari setengah tahun dalam neraka” dan tidak ada bukti kegembiraan warga atas keberhasilan serangan balasan yang “menyelamatkan warga”.
Sedangkan taktanya, ada 5.000 orang lebih yang dievakuasi dari Kharkov ke Federasi Rusia. Dan semua wilayah tempat pasukan Rusia mundur – baru muncul tuduhan “kejahatan” oleh pasukan Rusia segera setelah kedatangan pasukan Ukraina. Teror dan kekacauan tampaknya muncul seketika ke wilayah ini justeru setelah kedatangan pasukan Ukraina.
Media Barat tampaknya berusaha keras meyakinkan publiknya bahwa ketika pasukan Rusia berada di daerah itu, warga sipil “tertindas” dan “menderita”, tetapi pada kenyataannya daerah yang diduduki oleh Rusia adalah daerah yang paling aman. (Agus Setiawan)