Puisi Puput Amiranti
RUWANDINI, KINI
Mata yang ditinggalkan
bila bara tak sampai hujung
bila tepi, kau harap
burung-burung tembaga
hijau
Antara percik dan
bualan
segalanya berubah ke
kesungguhan
Tinggal sampan
cerita-cerita sendiri
Panjat ke kedirian, Ruwandini
pegang tali sejenak,
bila akar-akarmu jatuh
besi ke pepohonan
sampanmu nari sendiri
curi ufuk
di kesenjaan
orang-orang liar tak akan ambil
Cermin terjemahkan, segala laun
lanun—badai biru, terompah
aduk-aduk—
kau tak tidur, juga tak lelap
penjagaan— mungkin nyalang
sinyal ke pendalaman
Usia kini bahasakan,
letup tak main-main
ufuk slalu biru dan awalan jatuh
tak jadi matang
diam-diam, mungkin jawaban
MENANTI
Layu, tak ada waktu
gerbong-gerbong hunian
taat kereta singgah
kau tak pilih, tak hidupkanku
tak ada sejenak tuk
sebuah sajak
Prenjak lari
kecemasan ukir hantu
Kanak-kanak terbit
ke dasar
ulu paling dalam
kepandiran, kita
kadang pilah
frustasi lebih masa depan
dari terbit ke mata
dari jiwa singgah ke dada
Hanya letupan, suhu bertahan
dan kau lahir
sentiasa (mungkin)
tumbuhan jiwaku— bumi tak utuh
alam bawa pergi
kanak-kanak ke kesenjaan
NANTIKAN GERIMIS
Gerimis
hari-hari naung
hijau ke pemanggilan
Pikat diri
alam tarik
hari ke kedirian
diri yang cedra
tempuh alam
alam yang ampuh
segala kata—mayakan
perjumpaan;
Ami, andaikan patung
tak larung
Bertahan, kau suhu
bumi, kerkap
nada yang keguguran
kala sayap— burung-burung cecer
jatuh
ke asap, hisap
sunyi kering
beriring (tenggelam)
Puput Amiranti, dengan nama lengkap Puput Amiranti Nugrahaningrum. Lahir di Jember, 24 April1982. Lebih banyak menghabiskan waktunya di pedalaman Kabupaten Blitar dengan menjadi guru dan pembina teater di sebuah sekolah di sana.
Alumnus Sastra Inggris Unair ini, karya-karya puisinya sempat dimuat di pelbagai media cetak, online, dan radio, yakni: Surabaya News, Surabaya Post, Surya, Jawa Pos, Media Indonesia, Aksara, Lampung Post, Pikiran Rakyat, Jurnal Perempuan, Majalah Bende (Taman Budaya Jawa Timur), Kidung, Jurnal Sajak Edisi 3, Radar Banjarmasin, Harian Rakyat Sultra, juga menulis geguritan (puisi berbahasa Jawa) dan termuat di majalah Jayabaya dan termuat di antologi Pasewakan (Konggres Sastra Jawa III, 2011). Media online Indonesia-Australia, AIAA News dan dibacakan di radio Indonesia-Jerman, Deutsche-Welle (Januari, 2004).
Karya-karya puisinya yang lain juga termuat di pelbagai antologi puisi, seperti: Permohonan Hijau (FSS 2003), Antologi Penyair Jawa Timur (FSS 2004), Dian Sastro For President #2 Reloaded (On Off, 2004), Pesona Gemilang Musim (Himpunan Perempuan Seni Budaya Pekanbaru, 2004), Impian Bunuh Diri (stensilan, 2004), Malsasa (2005), Khianat Waktu (Dewan Kesenian Lamongan, 2006), 142 Penyair Menuju Bulan (Kelompok Studi Sastra Banjarmasin Kalsel, 2006), Surabaya 714-Malsasa (2007), dan Kepada Mereka yang Katanya Dekat dengan Tuhan–Antologi Penyair Mutakhir Jawa Timur (Lanskap Indonesia, 2007), Pelayaran Bunga (TBJT 2007), Malsasa (2009), Tadarus Puisi (2010), Festival Bulan Purnama Majapahit (2010), Rakyat dan Tuhan-Antologi 4 Penyair Blitar (Elmatera Jogja, 2011), RA Kartini-Antologi Penyair Perempuan se-Indonesia (2012), Cinta Gugat (Sastra Reboan, 2012), Puisi Menolak Korupsi (Forum Sastra Surakarta, 2013), Buku Memo Untuk Presiden (Forum Sastra Surakarta, 2014), Senandung Tulang Rusuk (Dewan Kesenian Mojokerto, 2016), SeBumi#3 (Lestra, 2017)
Saat menjadi mahasiswa puisinya yang berjudul “Lantai I Mutaqien” memenangkan Juara I dan “La Vie En Rose” juara III di PEKSIMINAL (Pekan Seni Mahasiswa Regional) se Jatim 2006.
Juga seorang pekerja teater, menulis serta mengadaptasi naskah drama. Naskah “Sebuah Musim” ditulis dan disutradarainya serta memenangkan penampilan terbaik II pada FESTAMASIO (Festival Teater Mahasiswa se-Nasional) II di Makassar (2003). Juga menyutradarai naskah “Daerah Perbatasan” pada PSN XIII (Pertemuan Sastra Nusantara) di Taman Budaya Jatim (2004) dan Temu Teater se-Jatim V di Lamongan (2005). Menyutradarai sekuel pementasan lanjutan yakni, “Kerontjong Revolusi Daerah Perbatasan”, pada FESTAMASIO III di Jogjakarta (2006).
Naskah adaptasinya dari karya Yukio Mishima yang berjudul ”Kantan” lolos dalam festival teater kampus sedunia, The 17th Istropolitana Project di kota Bratislava, Slovakia (2008).
Karyanya berupa esai sastra dan budaya termuat di majalah Kidung, Radar Surabaya, dll.
Sebagai wakil Jawa Timur, menghadiri 7th Triennal Conference of Women Playwrights International (Pertemuan Penulis Naskah Perempuan Sedunia) 2006 dan menjadi Pembicara dan workshop penulisan puisi di berbagai tempat, antara lain Temu Sastra Jawa Timur (2011), Ponpes Darul Falah-Mojokerto (2012), Pusdok HB Jassin Jakarta (2012), dll.
Kumpulan buku puisinya yang sudah terbit berjudul ”No Prayer For The Dying” (Elmatera Jogja, 2011), dan ”Kaki Dewa Sura” (Ganding Pustaka, 2016)
Mendirikan UKM Teater Mata Angin Universitas Airlangga Surabaya (2005), dan Teater Lagung SMKN 1 Nglegok (2009). Menjadi penata musik, penulis naskah, sutradara, pimpinan produksi dan direktur artistik di pelbagai pementasan di pelbagai kota: Taman Budaya Solo (2002), UNHAS Makassar (2003), Militaire Societet Jogja (2005), Lamongan (2007), CCCL-Surabaya (2007), Museum Mpu Tantular-Surabaya (2007), Amphiteater Perpustakaan Bung Karno (2009), Gelanggang Remaja-Planet Senen Jakarta (2012), Taman Ismail Marzuki Jakarta(2012), Istana Gebang-Rumah Bung Karno Blitar (2013 dan 2016), Expo Hardiknas tingkat Kabupaten dan Propinsi (2011-2013), Pemilihan Duta Anti Narkoba-Jatim (2013), Gerakan Masyarakat Anti Narkoba (2013), dll, Apresiasi Ruang Terbuka-Diorama Penataran (2013), FKKS di Blitar (2013), Festival Panji Blitar(2014-2015), Bersih Desa di Krisik, Gandusari Wlingi (2014), Purnama Seruling Penataran di pelataran Candi Penataran (2015), Kelurahan dan Kecamatan Nglegok (2015), IKIP PGRI SEmarang (2015), Perkebunan Kopi Karanganyar Modagan-Nglegok (2016), Teater Besar ISI Solo (2016)
Bekerja sebagai guru bidang studi Bahasa Inggris di SMKN 1 Nglegok, dan di tempat yang sama, tetap konsisten sebagai pembina, pelatih teater diriannya, Teater Lagung dan sanggar seni dan sastra_Padepokan Seni Lagung (PASELA), mulai melahirkan sutradara-sutradara muda arahannya. Bersama anak-anak teater, suka melakukan penjelajahan di berbagai daerah pedalaman di sekitar Kabupaten Blitar, dan melakukan pementasan Grass Road, yang menjadi salah satu ide proses penulisannya.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].