ArtikelBerita UtamaMancanegara

Robot Tempur Humanoid Akan Menjadi Tentara Masa Depan

NUSANTARANEWS.CO – Istilah robot pembunuh belakangan menjadi populer setelah dalam Konferensi Internasional tentang Kecerdasan Buatan di Melbourne beberapa waktu lalu, dibuka dengan sepucuk surat yang ditulis dan ditandatangani oleh 116 tokoh terkemuka. Di antara tokoh terkemuka itu adalah Elon Musk. Surat yang dialamatkan kepada PBB itu, berisi bahwa dunia semakin dekat dengan revolusi ketiga perangkat perang yang sangat berbahaya: robot pembunuh.

Dijelaskan bahwa teknologi robot otonom yang mematikan adalah sebuah ‘kotak Pandora’ yang sangat berbahaya. Para ahli meminta agar melarang penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intellegent, AI) dalam bidang persenjataan. Sebab sekali dikembangkan, maka konflik bersenjata akan meningkat ke dalam skala yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, dan bisa melesat jauh lebih cepat dari yang dapat dipahami manusia.

Selain itu, robot bisa menjadi senjata teror, senjata yang juga bisa digunakan oleh teroris untuk menganiaya warga biasa. Karena robot adalah senjata yang sepenuhnya otonom yang dapat memilih dan mengincar sasaran tanpa campur tangan manusia.

Jenderal Robert Cone, Komandan Komando Pelatihan dari Angkatan Darat Amerika mengatakan bahwa timnya sedang meneliti kelayakan untuk mengecilkan ukuran tempur brigade dari sekitar 4.000 tentara menjadi 3.000 tentara untuk diisi oleh robot tempur.

Baca Juga:  Bapenda Tulungagung Berikan Apresiasi Pada Wajib Pajak di TAX AWARD 2024

Dalam militer sendiri, kekuatan robot bukanlah hal baru. Robot darat yang merangkak atau menggulung sudah biasa dikerahkan, tapi sepasukan robot humanoid tampaknya segera menjadi kenyataan.

Departemen Pertahanan mengeluarkan Instruksi pada tahun 2013 berjudul “Otonomi dalam Sistem Senjata” – sebagai tanda lain keseriusan pihak militer mengambil ini. Sementara para penentang “robot tentara” telah melancarkan kampanye online, “Campaign to Stop Killer Robots,” yang berpendapat bahwa “Memberi mesin kemampuan untuk memutuskan siapa yang hidup dan mati di medan perang adalah aplikasi teknologi yang tidak dapat diterima.”

DARPA-the Defense Advanced Research Projects Agency – secara aktif telah mendanai penelitian robot selama bertahun-tahun. Salah satu robot humanoid paling maju yang pernah ada disebut: raksasa 6 ‘2 yang bernama Atlas. Diciptakan di Boston Dynamics, sebuah perusahaan yang baru-baru ini diakuisisi oleh Google, Inc. – mengatakan bahwa Atlas dirancang untuk tanggap bencana, seperti insiden nuklir dan kimia. Atlas tidak memiliki senjata, tapi tidak sulit untuk mempersenjatainya di masa depan.

Baca Juga:  Peringatan Terakhir Rusia kepada NATO – Anda Akan Mendapatkan Perang, Tetapi Akan Berakhir Dalam 15 Menit

Yang membuat Atlas luar biasa adalah skala “humanoid” -nya. Ia berjalan dengan dua kaki, memiliki dua tangan dan bergerak sesuai dengan manusia. Bila kita menonton film Star Wars, ini adalah perbedaan antara R2D2 dan C3PO.

Pengembangan robot humanoid memang membutuhkan waktu lebih lama karena tingkat kerumitannya – tapi bukan hal yang tidak dapat diatasi.

Robot semacam itu memang ditakdirkan sangat mematikan. Apalagi jika kekuatan komputasi kuantum telah sepenuhnya berkembang sehingga akan memungkinkan perhitungan simultan jutaan keputusan kecil yang tak terhitung dibuat sekaligus. Bahkan otak manusiapun pun tidak bisa melakukan itu.

Ada fisikawan yang mengklaim bahwa dia sudah membuktikan komputasi kuantum dengan kalkulator untuk menjalankan matematika “kuantum”. Jadi tinggal masalah waktu saja sebelum komputer kuantum berevolusi. Bila hal itu terjadi, otak robot kuantum secara teknis dapat mengungguli manusia. Yang jadi masalah adalah sifat membunuh robot, serta penghancuran target yang merupakan proses otomatis yang menjadi programnya tak dapat dielakkan.

Ronald Arkin menegaskan bahwa robot mungkin dapat menjadi prajurit yang lebih baik dalam medan perang, juga dapat lebih manusiawi daripada manusia. Gagasan tentang mesin manusiawi pasti merupakan hal keliru, tapi tidak untuk Arkin, yang berpendapat bahwa platform robot mungkin memiliki kemampuan untuk lebih mematuhi Hukum Perang daripada yang dimiliki tentara.

Baca Juga:  Makan Siang Bareng Cagub Khofifah, Ribuan Buruh Kedawung Kompak Dukung Dua Periode

Baik Arkin hanya meraba-raba gagasan yang telah dimulai oleh Isaac Asimov pada tahun 1942 – bahwa Robot sesuai dengan serangkaian undang-undang robot dalam cerita pendek “Runaround” – tidak akan melukai manusia. Robot harus mematuhi perintah yang diberikan oleh manusia, kecuali ketika bertentangan dengan hukum pertama, dan harus melindungi eksistensi mereka sendiri, selama keduanya tidak berkonflik dengan dua undang-undang yang pertama. Ibarat membuka Kotak Pandora, sulit untuk ditutup kembali. Tapi kotak ini berharga terbuka guna pengembangan dan penguasaan teknologi, termasuk untuk merancang senjata pembunuh yang lebih jahat.

Satu hal yang ada pada setiap penemuan senjata biokimia dan senjata nuklir adalah manusianya yang tidak dapat diandalkan dan bertanggung jawab sebagai pengguna senjata tersebut. Jadi hanya masalah waktu saja sebelum robot humanoid menjadi pengganti tenaga manusia. (Banyu)

Related Posts

1 of 12