Mancanegara

Rencana Baru Amerika Menghapus Suriah Dari Peta Dunia

Rencana Washington Menghapus Suriah Dari Peta Dunia
Rencana baru Amerika menghapus Suriah dari peta dunia

NUSANTARANEWS.CO – Rencana baru Amerika menghapus Suriah dari peta dunia. Presiden Bashar al-Assad mengatakan, mengalahkan aliansi pemberontak dan teroris di Idlib merupakan kunci untuk mengakhiri perang saudara delapan tahun di Suriah. Pernyataan Presiden Assad tersebut disampaikan saat mengunjungi garis depan medan pertempuran di wilayah Idlib beberapa waktu lalu.

Tidak mengherankan bila pasukan pemerintah Suriah semakin memperketat kepungan terhadap kota pusat teroris tersebut. Jet-jet tempur Suriah dan Rusia secara berkala terus melakukan serangan udara pada posisi koalisi teroris dan pemberontak bentukan Amerika Serikat (AS) dan Barat di Idlib selatan. Serangan baru-baru ini dilancarkan di Lattakia utara dan Aleppo barat daya sebagai tanggapan atas serangan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan sekutu-sekutunya yang didukung oleh Turki di dekat kota Kbani.

Dan seperti biasa, White Helmets, asset propaganda Barat di Suriah melaporkan bahwa serangan udara tersebut hanya mengenai sasaran sipil yang menewaskan warga sipil di daerah pemukiman di Idlib. Washington pun mengecam keras serangan udara Suriah dan Rusia di Idlib yang menewaskan warga sipil dalam 24 jam terakhir.

Baca Juga:  Keluarnya Zaluzhny dari Jabatannya Bisa Menjadi Ancaman Bagi Zelensky

Juru bicara Departemen Luar Negeri Morgan Ortagus mengatakan serangan itu juga telah mengakibatkan sedikitnya 40 orang terluka setelah mengenai sekolah, rumah sakit bersalin dan pemukiman penduduk – sebagaimana laporan White Helmets.

Menurut laporan sumber-sumber lokal Hayat Tahrir al-Sham dan kelompok teroris lainnya saat ini sedang mengerahkan artileri dan peralatan militer tambahan di Lattakia utara. Eskalasi babak baru tampaknya segera dimulai.

Sementara militer Rusia memperkuat posisinya di dekat kota Ayn Issa, di mana pusat koordinasi dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi telah didirikan. Bala bantuan pun dikerahkan termasuk beberapa kendaraan militer dan lusinan truk yang penuh dengan amunisi dan peralatan.

Muncul laporan pula bahwa pasukan Rusia mendirikan garnisun militer dekat bandara Qamishli dalam rangka mendorong proses rekonsiliasi antara SDF dan pemerintah Damaskus.

Di Washington, Presiden Donald Trump yang telah menyetujui misi militer yang diperluas untuk menjarah sumber daya alam Suriah yang kaya dengan meningkatkan jumlah pasukan dan peralatan perangnya, para spesialis, termasuk kontraktor militer swasta di daerah yang kaya minyak di Suriah timur – meskipun sebelumnya Trump telah dua kali memerintahkan penarikan sebagian pasukan dari Suriah.

Baca Juga:  Atas Instruksi Raja Maroko, Badan Asharif Bayt Mal Al-Quds Meluncurkan Operasi Kemanusiaan di Kota Suci Jerusalem selama Ramadhan

Intervensi militer AS di Suriah sekarang ini tampaknya bukan lagi sekedar mengarah pada penggulingan Presiden Bashar al Assad, tetapi lebih jauh lagi adalah untuk menghancurkan entitas negara bangsa Suriah yang kaya sumber daya dan memiliki tanah yang subur. Bahkan perang tersebut dilakukan secara terang-terangan.

Sebuah lembaga think tank yang didanai oleh Washington, baru-baru ini telah menyusun strategi penghancuran Suriah yang berkelanjutan. Rencana tersebut dinamakan empat fase perang baru: Pertama, penguasaan militer AS atas sumber daya ekonomi Suriah yang kaya; Kedua, Isolasi diplomatik terhadap pemerintah Suriah; Ketiga, sanksi ekonomi maksimum terhadap Suriah dan sekutunya; dan keempat, mencegah bantuan rekonstruksi dan pemulihan Suriah.

Rencana jahat ini di panel oleh Kongres Amerika di Pusat Kajian Strategis dan Internasional (CSIS) yang didanai oleh pemerintah AS dan sekutunya, kalangan industrialis senjata, perusahaan minyak raksasa, dan bank dengan tema “Syria in the Grey Zone” pada 31 Oktober lalu.

Baca Juga:  Mantan Komandan NATO Menyerukan untuk Mengebom Krimea

Panel ini ditugaskan oleh Kongres untuk menyusun rancangan rencana intervensi baru AS di Suriah. Menariknya, pandangan kelompok kerja Partai Republik dan Partai Demokrat tidak berbeda, keduanya mendukung perang berkelanjutan terhadap Suriah.

Seperti diketahui, saat ini militer AS dan miltra lokalnya Pasukan Demokrat Suriah (SDF) telah menduduki sepertiga wilayah Suriah, termasuk wilayah yang kaya minyak dan subur tanahmya. AS tampaknya kembali menggunakan gaya kolonialisme klasik untuk menjajah Suriah yang berdaulat yang kebetulan subur dan kaya sumber daya alam. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,049