NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Rawan terpapar, Pengasuh Ponpes Se Jatim minta dilibatkan penanganan Covid-19. Khawatir akan menjadi klaster baru dalam pandemi Covid-19, sejumlah ulama dan gus-gus pengasuh ponpes (Pondok Pesantren) di Jatim, minta agar Pemprov Jatim melibatkan kalangan ponpes untuk penanganan Covid-19.
Pengasuh Laskar Sholawat Jatim Mohammad Fawaid mengatakan keinginan tersebut diungkapkan sejumlah pengasuh ponpes di Jatim saat dirinya turun ke dapil (daerah pilihan) dan silaturahmi dengan yang bersangkutan.
“Saya turun sebagai DPRD Jatim dimana para ulama di ponpes dan gus-gus ingin dilibatkan dalam penanganan Covid-19,” jelas pria yang juga Ketua Komisi C DPRD Jatim, Sabtu (2/5).
Menurut pria yang akrab dipanggil Gus Mufa ini, pesantren dihuni oleh ratusan bahkan ribuan santri dari pelbagai daerah selama 24 jam. Bahkan, pesantren juga ikut mengembangkan lingkungan sekitar baik pemberdayaan ekonomi dan sebagainya.
Dalam bencana merebaknya virus corona ini, pesantren salah satu yang paling rentan terpapar. Di samping itu, lanjut gus Mufa, masyarakat sekitar pesantren pun akan terdampak.
“Baik itu urusan kesehatan maupun ekonomi masyarakat sekitar yang pergerakan ekonomi biasanya berjalan, harus terhenti seketika karena pesantren rata-rata diliburkan,” jelas pria yang juga Dewan Pembina Laskar Sholawat ini.
Apalagi, tambah Politisi Gerindra ini, rencana para santri akan kembali ke pesantren setelah Idul Fitri. “Jadi, pemerintah dalam hal ini Pemprov Jatim harus menggandeng pesanten untuk penanganan virus corona,” jelasnya.
“Pesantren selain mengedukasi santrinya, bisa melakukan edukasi pada masyarakat sekitar pesantren yang ini akan lebih mudah diterima daripada pihak diluar pesantren,” lanjut gus Mufa.
Sementara itu, Pengasuh PP Langitan Tuban, KH Maksum Faqih akrab dipanggil Gus Maksum menyayangkan pemerintah belum menyentuh pesantren untuk diajak rembukan. Padahal pesantren memiliki ribuan santri dan Juga sangat rentan tertular virus corona.
“Harusnya pesantren bisa diajak bicara dan diberikan solusi langkah yang harus dihadapi,” katanya.
Selama ini, kata Gus Maksum, pesantren dibiarkan sendiri untuk melawan virus corona.
“Padahal pesantren juga harus merawat lingkungan sekitar. Pesantren juga harus membantu warga sekitar pondok,” terangnya.
Dijelaskan Gus Maksum, warga sekitar pesantren ini mayoritas warga yang kurang mampu. Pihaknya juga menagih janji pemerintah yang katanya akan memberikan bantuan kepada warga terdampak.
“Kapan bantuan dari pemerintah ini. Katanya akan segera dibagikan, kapan bantuan itu datang. Yang pasti pengasuh pesantren dan para gawagis (para gus, red) saat ini harus sibuk menenangkan warga di bawah,” jelasnya.
“Mungkin sekarang warga masih bisa sabar karena Ramadan. Tapi, kalau lapar dan warga terus dibiarkan seperti ini, kami khawatir akan terjadi gesekan. Kalau sudah ada gesekan di bawah siapa yang bisa menenangkan? Nanti ujungnya tetap para Kiai yang pasti dijadikan garda di depan,” pungkas putra bungsu alamarhum KH Abdullah Faqih. (Setya/ed. Banyu)