Mancanegara

Rakyat Venezuela Kalahkan Gerakan Subversif dan Imperialisme

Rakyat Venezuela kalahkan gerakan subversif dan imperialisme.
Rakyat Venezuela kalahkan gerakan subversif dan imperialisme. Presiden Nicolas Maduro saat memberikan suaranya dalam pemilu legislatif 6 Desember 2020/Foto: Sputnik

NUSANTARANEWS.CO, Caracas – Rakyat Venezuela kalahkan gerakan subversif dan imperialisme. Upaya terakhir Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk memprovokasi tingkat abstain hingga 80% ternyata gagal total. Tidak ada abstain 80% dalam pemilu yang digelar pada 6 Desember 2020 meski tingkat partisipasi hanya mencapai 30,50 persen.

Namun di tengah “pertempuran sengit” melawan gerakan subversif dan imperialisme, 6.251 juta rakyat Venezuela datang ke tempat pemungutan suara, terlepas dari siapa yang mereka pilih – mereka adalah pahlawan dalam sejarah Venezuela. Mereka telah menentukan rekonfigurasi dalam politik Venezuela. Betapa tidak, mereka telah menghabisi kaki tangan Washington sehingga tidak ada lagi pasukan pro-AS-Guaido di Majelis Nasional.

Laporan terbaru Dewan Pemilihan Nasional (CNE) Venezuela, yang dirilis 8 Desember menyatakan bahwa Aliansi Bolivarian dari PSUV / GPP memperoleh 91 persen kursi di Majelis Nasional, atau 253 dari 277 kursi. Partai lain: 11 kursi untuk Aksi Demokratik (AD), tiga untuk Avanzada Progresista (AP), tiga untuk El Cambio, dua untuk Primero Venezuela, satu untuk Copei dan satu untuk Partai Komunis (PCV).

Baca Juga:  Pengerahan Sistem Pertahanan THAAD di Israel Picu Eskalasi di Kawasan Regional

Menurut Franco-Argentinian Marco Teruggi, seorang jurnalis yang dihormati dan konsisten di Venezuela mengatakan bahwa, …tidak ada abstain 80%. Rendahnya partisiasi bukanlah hasil seruan Washington dan Guaido, melainkan akibat dari serangkaian variabel seperti: situasi kesulitan ekonomi yang berkepanjangan sebagai dampak blokade ekonomi maksimum oleh AS. Lalu konflik politik kompleks yang menimbulkan erosi di antara penduduk, di mana beberapa sektor tidak lagi merasa terwakili dalam opsi politik yang ada.

Sementara pengamat politik Argentina Atilio Boron memandang bahwa faktor-faktor yang berdampak negatif untuk tidak pergi ke tempat pemungutan suara secara massal tidak diragukan lagi adalah efek dari pandemi. Situasi ini membuat orang enggan meninggalkan rumah, naik transportasi umum, mengantri untuk memilih, berada di dekat orang asing, dan sebagainya.

Leonardo Flores dari Code Pink menambahkan bahwa, “migrasi adalah faktor lain yang secara artifisial mengurangi jumlah pemilih. Hanya warga negara yang saat ini tinggal di negara tersebut yang dapat memberikan suara dalam pemilihan legislatif, tetapi sebagian besar mereka yang keluar dalam beberapa tahun terakhir masih muncul dalam daftar pemilih.

Baca Juga:  Pembantaian Warga Palestina di Gaza: Kekejaman yang Mencoreng Kemanusiaan

Selain itu, sebuah laporan dari lapangan oleh The Grayzone pada 6 Desember menunjukkan bahwa Guaido “menjalankan kampanye menakut-nakuti Covid-19 melalui aplikasi sepanjang hari memberi tahu warga Venezuela agar tinggal di rumah.

Salah satu pengamat pemilu Amerika di Venezuela, Margaret Flowers dari People’s Dispatch, melaporkan, “Kami baru saja bertemu dengan kandidat dari ‘Aliansi Demokratik, partai oposisi di Venezuela yang telah bernegosiasi dengan pemerintah Maduro dan yang berpartisipasi dalam pemilihan Majelis Nasional tahun ini meskipun ada tekanan AS untuk memboikot. Mereka percaya pada perdamaian, demokrasi dan bahwa rakyat Venezuela dapat menyelesaikan masalah mereka dengan menggunakan institusi hukum. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,050