Puisi HM Nasruddin Anshoriy Ch
PULANG DARI PARANGTRITIS
Pulang dari Parangtritis malam itu
Yang menemani langkahku hanya gerimis
Senja itu kucoba melukiskan temaram mega
Temaram hatiku yang jingga
Entah pelangi ataukah bianglala
Tapi jutaan pasir terus saja menggoda dengan bisikan rahasia
Dan ombak di laut selatan itu seakan ingin ikut bicara
Entah syair ataukah puisi
Segalanya tengah merenda berjuta makna
Tak ada yang kita percakapkan malam itu
Selain doa yang kian bergemuruh di relung jiwa
Tapi desau angin dan degub jantungku seakan sama-sama tahu
Malam beranjak tua dan jerit camar menjelma suara ombak yang menggelora
Di atas pasir kelabu hanya tersisa sepi dan masa lalu
Manakala senja mencipratkan warna lembayung dalam kanfas di dada
Biru langitmu kian sempurna
Pulang dari Parangtritis hanya tersisa rintih gerimis
Sebab kereta kencana yang mengantar kita di kedalaman laut biru itu kini telah menjelma bidadari yang sedang berdansa
Perempuan jelita yang mengepakkan sayapnya membelah samudera
Gus Nas Jogja, 2018
SENANDUNG MEI
Bulan Mei hanya ada benih tumbuh
Merangkai subuh dengan tetes embun yang jatuh
Dengan langkah istikamah kupanah resah
Kususuri syukur ini dengan khusyuk menyembah
Bulan Mei menyalakan api abadi dalam jantungku
Menjadi kilau cahaya di bola mata
Menjeritkan rindu dalam mihrab kalbuku
Entah kenapa dada ini bergetar
Entah kenapa mawar ini memekar
Entah kenapa seluruh dadaku hanya bertabur istighfar
Bulan Mei adalah takdir dan takbir
Saat sepasang mempelai memetik dawai
Ketika terik kemarau menjelma hujan sepanjang hari
Engkaukah ilham dari langit yang berpendar dalam bening syairku?
Bulan Mei kali ini aku hanya bisa menanam risau rindu
Entah kapan ia akan tumbuh dan mekar di ladang langit makrifatmu
Entah kapan
Gus Nas Jogja, 2018
HM Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional.
Baca juga: Ibu Kita Syahrini – Puisi HM Nasruddin Anshoriy Ch
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]