Budaya / SeniPuisi

Pulang dari Parangtritis

Parangtritis Beach, karya Affandi, Foto karya berasal dari buku "Affandi Vol I,II,III", koleksi Perpustakaan IVAA. Dok. archive.ivaa-online.org
Parangtritis Beach, karya Affandi, Foto karya berasal dari buku “Affandi Vol I,II,III”, koleksi Perpustakaan IVAA. Dok. archive.ivaa-online.org

Puisi HM Nasruddin Anshoriy Ch
PULANG DARI PARANGTRITIS

Pulang dari Parangtritis malam itu
Yang menemani langkahku hanya gerimis

Senja itu kucoba melukiskan temaram mega
Temaram hatiku yang jingga
Entah pelangi ataukah bianglala
Tapi jutaan pasir terus saja menggoda dengan bisikan rahasia
Dan ombak di laut selatan itu seakan ingin ikut bicara

Entah syair ataukah puisi
Segalanya tengah merenda berjuta makna

Tak ada yang kita percakapkan malam itu
Selain doa yang kian bergemuruh di relung jiwa

Tapi desau angin dan degub jantungku seakan sama-sama tahu
Malam beranjak tua dan jerit camar menjelma suara ombak yang menggelora

Di atas pasir kelabu hanya tersisa sepi dan masa lalu
Manakala senja mencipratkan warna lembayung dalam kanfas di dada
Biru langitmu kian sempurna

Pulang dari Parangtritis hanya tersisa rintih gerimis
Sebab kereta kencana yang mengantar kita di kedalaman laut biru itu kini telah menjelma bidadari yang sedang berdansa
Perempuan jelita yang mengepakkan sayapnya membelah samudera

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

Gus Nas Jogja, 2018

SENANDUNG MEI

Bulan Mei hanya ada benih tumbuh
Merangkai subuh dengan tetes embun yang jatuh

Dengan langkah istikamah kupanah resah
Kususuri syukur ini dengan khusyuk menyembah

Bulan Mei menyalakan api abadi dalam jantungku
Menjadi kilau cahaya di bola mata
Menjeritkan rindu dalam mihrab kalbuku

Entah kenapa dada ini bergetar
Entah kenapa mawar ini memekar
Entah kenapa seluruh dadaku hanya bertabur istighfar

Bulan Mei adalah takdir dan takbir
Saat sepasang mempelai memetik dawai
Ketika terik kemarau menjelma hujan sepanjang hari

Engkaukah ilham dari langit yang berpendar dalam bening syairku?

Bulan Mei kali ini aku hanya bisa menanam risau rindu
Entah kapan ia akan tumbuh dan mekar di ladang langit makrifatmu
Entah kapan

Gus Nas Jogja, 2018

HM Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional.

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

Baca juga: Ibu Kita Syahrini – Puisi HM Nasruddin Anshoriy Ch

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 3,245