Hankam

Pukul Mundur OPM, TNI yang Beroperasi, Polisi yang Evakuasi

NUSANTARANEWS.CO – Sebanyak 13 personil Kopassus dan 30 personil dari Peleton Intai Tempur (Tontaipur) Kostrad TNI bergerak senyap melumpuhkan kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) di lereng perbukitan kawasan Mimika yang menjadi tempat disanderanya para warga.

Lima hari sebelumnya, mereka telah diterjunkan untuk melakukan pengintaian di dua titik yang menjadi pusat operasi pembebasan warga Papua. Hal ini disampaikan Panglima TNI Gatot Nurmantyo saat upacara kenaikan pangkat di desa Kimbely, Minggu (19/11/2017).

Gatot menambahkan dengan kesigapan Kopassus, Tontaipur Kostrad dan Raider 715 dalam operasi bertajuk Operasi Raid ini tak ada satu warga sipil yang menjadi korban. Dalam proses operasi tersebut, sebanyak 347 warga dibebaskan dari penyanderaan.

Keberhasilan itu kata Gatot merupakan hasil dari operasi yang dilaksanakan secara senyap dan teliti oleh pasukan gabungan dari Kopassus, Batalion 751 Raider dan Taipur Kostrad. Kemudian setelah memukul mundur kelompok separatis, baru kemudian lanjut Garot, Kapolda dan Pangdam melakukan evakuasi kepada warga.

Baca Juga:  HUT TNI-79: Kodim Nunukan Gelar Lomba PBB Tingkat Pelajar

Sementara itu, pasca keberhasilan melakukan operasi besar di Papua, sebanyak lima perwira TNI yang memimpin operasi tersebut justru menolak kenaikan pangkat.

Gatot Nurmantyo menjelaskan alasan kelima perwira ini menolak kenaikan pangkat karena mereka merasa bahwa keberhasilan penyelamatan sandera di Papua adalah milik anak buahnya, sedangkan kegagalan adalah tanggung jawab perwira. Sehingga secara halus para perwira ini, kata Gatot menolak untuk menerima kenaikan pangkat tersebut.

Untuk itu, kenaikan pangkat hanya diberikan kepada 62 prajurit dari satuan gabungan yang membebaskan sandera, yakni dari Kopassus, Batalion 751 Raider dan Taipur Kostrad. Meski tidak menerima kenaikan pangkat, namun lima perwira pemimpin operasi itu diberikan pendidikan secara khusus mendahului teman seangkatannya.

Lebih lanjut Gatot mengatakan, bahwa sandera yang merupakan warga asli tetap bertahan di kampungnya dengan penjagaan dari TNI dan Polri, sedangkan yang bukan berasal dari kampung tersebut telah diungsikan. (*)

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 43