NUSANTARANEWS.CO – Jerman kini telah mampu memproduksi listrik dari solar panel dengan harga kisaran 8-9 cent euro/kwh. Bahkan di masa depan banyak kalangan yang memprediksi bahwa harga ini bisa turun lagi hingga 2 euro cent/kwh. Ini merupakan harga teknologi yang paling murah di dunia.
Selain teknologi solar panel, teknologi windmill juga tumbuh dengan pesat. Saat ini, harga listrik dari windmill (di daratan) berkisar 6-9 cent euro/kwh. Dengan begitu, windmill (di daratan) dan solar panel saat ini sudah sangat kompetitif dibandingkan dengan teknologi berbahan bakar fosil seperti gas atau batubara.
Pemerintah Jerman juga mengintegrasikan semua tipe pembangkit energi terbarukan ke dalam European Interconnected Electricity Grid, yang secara otomatis dalam digunakan sewaktu waktu untuk memenuhi kebutuhan listrik ketika kondisi cuaca sedang memburuk, seperti hujan, kecepatan angin yang rendah atau sinar matahari yang kurang terik.
Jumlah energi terbarukan yang dapat “dipanen” dari sumber daya alam pun semakin meningkat tajam dari tahun ke tahun. Tercatat sampai akhir tahun 2010 lalu, total kapasitas energi angin terpasang di dunia mencapai 194,4GW, jumlah ini sama dengan peningkatan 22,5% dari pasar global tahunan.
Indonesia sendiripun sebetulnya memiliki potensi energi angin yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai sumber energi terbarukan. Potensi ini bukan hanya pada besarnya nilai energi yang dapat dihasilkan namun juga akan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Dalam beberapa tahun mendatang diperkirakan dapat menjadi sumber energi andalan bagi Indonesia.
Namun sayangnya dalam skema ketahanan energi nasional, pemanfaatan energi terbarukan ini masih sangat terbatas, baru mencapai 20% dari total 35 ribu MW pada tahun 2025 mendatang.
Menurut data World Wind Energi Association Report (WWEA 2010), kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia sebesar 1,4 MW yang tersebar di Nusa Penida (Bali), Bangka Belitung, Yogyakarta dan Pulau Selayar (Sulawesi Utara).
Jumlah tersebut jelas belum mencapai angka yang signifikan guna mendukung ketahanan energy nasional. Artinya pemerintah harus berusaha lebih keras untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Bayu dengan kapasitas total 1.000 MW hingga 13 tahun mendatang.
Jumlah ini bukanlah mustahil untuk dipenuhi jika kita melihat potensi energi angin yang tersebar di seluruh pesisir nusantara. Indonesia yang memiliki total garis pantai mencapai 81.000 km dengan kecepatan angin rata-rata 3-5 m/s, bahkan di beberapa tempat mencapai 10 m/s.
Berdasarkan blue print Energi Nasional departemen ESDM, total potensi energi angin Indonesia diperkirakan mencapai 9 GW. Angka ini jelas merupakan sebuah potensi besar jika bisa dimanfaatkan secara maksimal.(banyu)