NUSANTARANEWS.CO – Posting anak di media sosial dapat melanggar privasi anak anda. Kehadiran anak dalam sebuah keluarga adalah hal yang sangat membahagiakan bagi orang tua. Terlebih saat mereka memasuki usia yang menggemaskan kerap memicu keinginan orang tua untuk meng-upload-nya ke media sosial, entah dalam bentuk foto maupun video.
Sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa setidaknya satu dari lima orang tua meng-upload aktivitas anak mereka di media sosial dalam bentuk foto maupun video.
Tapi tahukah Anda bahwa memposting foto atau video anak di media sosial dapat melanggar privasi anak Anda.
Ketika anak-anak masih kecil mungkin mereka tidak memikirkan apa yang dilakukan oleh orang tua tentang kehidupan mereka di media sosial. Tapi Menurut Common Sense Media, seiring bertambahnya usia, sekitara usia 5 tahunan, anak-anak mulai mengembangkan rasa percaya diri mereka sebagai individu dan bagaimana orang lain memandang mereka. Mereka mulai butuh privasi.
Berbagi jenis konten yang salah di media sosial dapat membuat anak-anak merasa tidak nyaman atas tubuh atau nilai mereka sendiri. Apalagi anak-anak tidak memiliki kesempatan untuk mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan orang tua mereka yang memposting diri mereka ketika sedang mandi misalnya. Atau foto sensitif lainnya di media sosial.
Banyak orang tua mengabadikan cerita, foto, dan video anak-anak mereka di media sosial karena mereka bangga dengan keluarga mereka dan mereka ingin tetap terhubung dengan kerabat dan teman. Bahkan orang tua terkadang membawa pesan politik melalui anaknya dengan t-shirt slogan yang mereka kenakan. Padahal jelas seorang anak tidak memiliki suara dalam politik atau sosial apa pun seperti orang tua mereka.
Lalu bagaimana ketika mereka dewasa melihat kembali foto-foto itu? Bagaimana perasaan mereka jika digunakan sebagai pernyataan politik di halaman media sosial orang tua mereka? Atau mereka melihat foto dan video sensitif mereka di masa kecil yang tidak akan hilang di dunia maya.
Bagaimana di tanah air? Tampaknya kebiasaan tersebut juga mulai merebak, meski belum ada penelitian yang serius. Meski begitu, banyak sekali orang tua di tanah air yang hampir setiap hari memposting kegiatan anaknya. Terutama para artis yang sangat gemar meng-upload foto maupun video anak mereka di media sosial.
Sejumlah kasus sempat tercatat di kepolisian, di mana beberapa artis sempat melaporkan foto anak-anak mereka dicatut oleh situs penjualan anak. Namun, hal tersebut tampaknya tidak menjadi pelajaran berharga bagi mereka.
NSPC, sebuah organisasi amal dan peduli anak menghimbau kepada para orang tua untuk berpikir dua kali sebelum memposting foto atau video anak mereka.
Ini bukan hanya soal menghindari tindakan kriminal yang bisa jadi menimpa anak mereka. Akan tetapi secara mental tindakan orang tua ini mungkin saja berpengaruh pada mentalitas anak. Pada usia tertentu dan dalam hal tertentu terkadang memiliki kecenderungan sensitifitas karena perasaan yang selalu berkembang. Mungkin anda merasa bahwa hal itu agak sedikit lucu. Akan tetapi mungkin pada perasaan sang anak, hal tersebut justru hal yang memalukan.
Akan lebih baik jika memposting foto anak Anda, buatlah yang menyenangkan dan kreatif daripa hal-hal yang sensitif dan lucu yang mungkin justru menjadi bumerang bagi anak Anda pada suatu saat nanti.
Kebiasaan memposting foto yang dilakukan oleh orang tua juga dapat mempengaruhi pikiran mereka. Kedekatan anak dengan gadget menjadikan anak-anak bahkan yang baru berusia 5 tahun dapat meng-upload foto mereka sendiri. Ini sangat berbahaya. Mengingat, kemampuan nalar pada anak-anak mungkin belum sampai untuk membedakan apa yang boleh dan tidak boleh mereka posting.
Kebiasaan memposting aktivitas anak atau dikenal dengan istilah “Sharenting” hendaknya dikurangi kalau tidak bisa dihindari untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan maupun serangan mental terhadap anak. (Alya)