NUSANTARANEWS.CO, Bumiayu – Bumiayu Creative City Forum (BCCF) menggelar kegiatan Festival Dolanan Bumiayu 2017 di Pendopo Kewedanan Bumiayu, Minggu, 27 Agustus 2017.
Founder BCCF, Dimas Indiana Senja menyampaikan, kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengapresiasikan kembali berbagai permainan tradisional yang sudah mulai tergerus zaman kepada generasi muda di era modernisasi sekarang ini.
Pemuda asal Bumiayu yang juga penyair ini menyatakan bahwa, permainan tradisional merupakan bagian dari kebudayaan sukubangsa. “Permainan tradisional mengandung nilai-nilai yang luhur menunjukan intergrasi dan interaksi sosial,” kata Dimas kepada Redaksi NusantaraNews.co, Sabtu (26/8/2017) sore kemarin.
Nilai-nilai tersebut, lanjut penulis antologi puisi “Suluk Senja” ini, mungkin tidak dapat ditemukan dalam permainan modern yang lebih menonjolkan sisi individualistis.
Senada dengan Dimas, Penanggung Jawab Acara Festival Dolanan Bumiayu 2017 Puji Onjie mengatakan bahwa, Era globalisasi, sedikit banyak telah membawa damak bagi eksistensi permainan tradisional.
“Permainan modern mengakibatkan tergusurnya permainan tradisional anak Indonesia. Saat ini anak-anak lebih suka untuk memainkan permainan modern seperti playstation atau game online yang marak beredar, dibandingkan dengan permainan tradisional yang kaya akan nilai budaya,” jelas Puji.
Menurut Puji, permainan tradisional memang berbeda dengan permainan moder. Tidak hanya kesan yang ditimbulkannya, tetapi juga dari makna dan pengaruhnya terhadap anak-anak.
“Permainan tradisional yang kesannya kampungan dan ketinggalan jaman, tetapi mempunyai nilai positif dalam menentukan karakter yang tercipta pada anak-anak Indonesia, generasi penerus dan harapan bangsa,” tandas Puji.
Ditambahkan Dimas, dalam permainan tradisional sekurangnya terdapat dua hal penting. Pertama, unsur kebersamaan, kejujuran, spotivitas, dan sikap untuk memegang teguh aturan yang telah disepakati. Kedua, dalam permainan tradisional juga terdapat pesan atau kearifan yang terkait dengan pola adaptasi masyarakat terhadap lingkungannya.
“Kedua hal tersebut yang nampaknya sulit kita temui dalam permainan modern yang cenderung bersifat individual dan terpisah dari lingkungan sosial maupun alam,” ucap peserta Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2016 itu.
Baca: Bumiayu Creative City Forum, Bakti Penyiar Kepada Tanah Lahirnya
Kedua alasan besar inilah, sambung Dimas, yang kiranya dapat dijadikan acuan mengenai perlunya mengangkat dan mengembangkan kembali permainan tradisional sebagai upaya pelestarian, dan pembangunan karakter bangsa, khususnya bagi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa agar menajdi generus yang menjungjung nilai kompetisi, sportivitas, kejujuran dan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
“Usaha mewujudkan hal ini, tentu perlu melibatkan kesadaran penggiat permainan tradisional, kalangan akademisi, pemerintah, dan seluruh stockholder merumusn berbagai metode yang tepat untuk mendukung hal tersebut,” ucapnya penyair yang juga esais berharap.
Sekadar informasi, acara Festival Dolanan Bumiayu 2017 ini terlaksana hari ini atas kerjasama antara BCCF dengan Ikatan Mahasiswa Brebes Selatan (IMBS).
Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman